Mohon tunggu...
Har Sono
Har Sono Mohon Tunggu... -

hitam. dark. suka melamun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sunset With Sunrise (Album Kedua, sebuah novel)

7 Januari 2011   13:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:51 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku melongo mendengar jawabannya yang terasa ringan diucapkan.

# # #

Sehari setelah OSPEK fakultas.

OSPEK fakultas berjalan 3 hari, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Sangat melelahkan, baik mata, tenaga, pikiran. Tapi seru. Seseru saat aku di hari kedua telat bersama Landung. Hari itu, kami berangkat berdua. Ya, berdua saja menggunakan motorku. Setelah serangkaian persiapan kilatku; gosok gigi kilat, cuci muka kilat, tanpa makan, sisiran kilat, aku berhasil menyentuh halaman fakultas teknik tepat 5 menit setelah apel pagi.

Sebelum berangkat, ada perdebatan kecil di depan rumahku mengenai ‘siapa yang di depan siapa’.

“Aku yang nyetir motor,” ucapku sambil mengenakan helm.

“Aku saja. Aku kan cowok.”

“Gag ada bedanya yang nyetir cowok atau cewek,” ucapku lagi.

“Tapi kan gengsi.”

“Biasanya juga gengsi.” Entah dari mana keberanian itu muncul, tapi pagi itu mendadak aku menjadi cewek cerewet di depan Landung. Padahal biasanya….ah bicara dengannya saja hanya sepatah sepatah.

Akhirnya aku memenangkan perdebatan itu. Bukan, bukan. Sebenarnya tidak memenangkan karena si Landung tidak melawan sedikitpun. Setelah kukatai ‘gengsi’, dia diam saja. Tak membantah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun