Aku melongo mendengar jawabannya yang terasa ringan diucapkan.
# # #
Sehari setelah OSPEK fakultas.
OSPEK fakultas berjalan 3 hari, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Sangat melelahkan, baik mata, tenaga, pikiran. Tapi seru. Seseru saat aku di hari kedua telat bersama Landung. Hari itu, kami berangkat berdua. Ya, berdua saja menggunakan motorku. Setelah serangkaian persiapan kilatku; gosok gigi kilat, cuci muka kilat, tanpa makan, sisiran kilat, aku berhasil menyentuh halaman fakultas teknik tepat 5 menit setelah apel pagi.
Sebelum berangkat, ada perdebatan kecil di depan rumahku mengenai ‘siapa yang di depan siapa’.
“Aku yang nyetir motor,” ucapku sambil mengenakan helm.
“Aku saja. Aku kan cowok.”
“Gag ada bedanya yang nyetir cowok atau cewek,” ucapku lagi.
“Tapi kan gengsi.”
“Biasanya juga gengsi.” Entah dari mana keberanian itu muncul, tapi pagi itu mendadak aku menjadi cewek cerewet di depan Landung. Padahal biasanya….ah bicara dengannya saja hanya sepatah sepatah.
Akhirnya aku memenangkan perdebatan itu. Bukan, bukan. Sebenarnya tidak memenangkan karena si Landung tidak melawan sedikitpun. Setelah kukatai ‘gengsi’, dia diam saja. Tak membantah.