Kadang dia hanya tersenyum, kadang mengangkat alisnya untuk menyapa, tapi kebanyakan dia hanya diam. Memandangku sekilas, lalu acuh. Buatku itu tak apa, aku bisa memandangnya saja sudah membuat berbunga hatiku.
“Sepertinya kau tertarik dengan temanku?” tanya Aziz sore ini, di halaman belakang. Di halaman belakang rumah ada tempat duduk panjang yang terbuat dari bambu. Letaknya di bawah pohon mangga di dekat kamar mandi. Halaman belakang rumahku memang sangat luas. Ada kandang ayamnya, ada pot-pot bunga hias koleksi ibuku, juga kandang-kandang burung milik ayah yang menggelantung di pohon-pohon.
“Siapa?” tanyaku.
Kami berdua mengobrol sore ini. Membicarakan tentang rencana kuliah kami. Tapi entah mengapa, Aziz membelot dari topik pembicaraan. Dia menodongku dengan pertanyaan tadi.
“Landung.” Aziz mengerlingkan mata, menggodaku.
Pipiku bersemu merah. Tidak, tidak. Aku tak boleh terlihat senang dengan pertanyaan ini. Aku harus menyimpan perasaan ini.
“Kau suka dengannya?” dia bertanya lagi. Aku diam. Tak berani menjawab, iya atau tidak. Aku memilih membisu agar tak tertebak apa yang aku pikirkan. Bahasa bibir dapat memberikan asumsi-asumsi tentang apa yang ada di hati. Tentang apa yang kita rasa. Membisu pun bukan pilihan yang tepat, tapi setidaknya itu akan menutup topik ini.
Namun, Aziz bukan manusia yang pantang menyerah. Dia pasti akan mengejar dengan anggapan, asumsi, atau tebakan lain. Dia bukan tipe orang yang gampang putus asa. Seperti saat dia diterima di UGM, namun hatinya masih tertahan di STAN. Apa jadinya, dia mati-matian belajar agar diterima di STAN. Kalopun sekarang sudah diterima di UGM, tak apa. Jika nanti di terima di STAN, yang akan diumumkan September nanti, dia akan melepas yang UGM. Tak sayang duit? Ah, buang-buang duit untuk pendidikan bukan hal yang tidak baik. Begitu prinsip Pak Lek ku yang kini kerja sebagai manajer keuangan di bank swasta di Tangerang sana.
“Bener neh kamu gag suka, Sum?”
“Iya, aku gag suka. Kenapa emang?” aku buang muka. Menyembunyikan senyum bohongku yang tiba-tiba ingin muncul.
Ah, mengapa jadi salah tingkah.