Mohon tunggu...
Harry Ramdhani
Harry Ramdhani Mohon Tunggu... Teknisi - Immaterial Worker

sedang berusaha agar namanya di (((kata pengantar))) skripsi orang lain. | think globally act comedy | @_HarRam

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Selusin (Minus-1) Asyiknya Local Stand-up Day 2019

23 Maret 2019   06:18 Diperbarui: 23 Maret 2019   11:57 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tiket local stand-up day punyaku~

Lagi, sialnya aku tertawa. Bahkan, seperti biasa, Ridwan Remin mengemasnya dengan teknik yang baik.

Lalu --yang katanya-- penampil terbaik hari itu: Bintang Emon. Tapi, menurutku biasa saja. Yang patut diapresiasi justru bagaimana Bintang Emon menyusun set-list dengan baik. 

Bintang Emon (Foto: Pio K. --StandUpIndo)
Bintang Emon (Foto: Pio K. --StandUpIndo)
Aku tidak menghitung berapa lama ia tampil. Tapi, ia mengerti: set-list yang baik --dengan durasi waktu yang singkat-- menempatkan yang lucu kedua pada awal dan ditutup dengan bit yang paling lucu. Dibuka dengan bagaimana ia dipalak oleh seorang yang --maaf-- punya bibir sumbing dan ditutup dengan mengolok penyair-roman-yang-referensinya-sebatas-di-media-sosial.

6/
Senang menonton Hifdzi. Seorang pribadi yang lucu dan mampu melucui apapun. Aku senang. I'm a fan boy! Mantap-mantap~

Hifdzi Teduh~ (Foto: Pio K. --StandUpIndo)
Hifdzi Teduh~ (Foto: Pio K. --StandUpIndo)
7/
Mungkin saking lamanya tidak menonton David Nurbianto, penampilannya malam itu sungguh berkesan. 

Aku rindu akan cara orang betawi ngebanyol. Aku rindu celetukannya. Aku rindu kesalnya mereka dengan berbagai kejadian/peristiwa. Aku rindu bagaimana orang Betawi menyikapi suatu masalah. Dan malam itu, menurutku, David Nurbianto berhasil mengobati rinduku.

David Nurbianto. (Foto: Pio K. ---StandUpaindo)
David Nurbianto. (Foto: Pio K. ---StandUpaindo)
Bit tentang biaya perawan kecantikan istrinya, lalu tentang istrinya yang ngidam masakan Jepang sampai kehabisan pakaian buat jalan-jalan. Semua disuguhkan David Nurbianto penuh banyol.

8/
Tetapi ada yang baru aku sadari: ternyata komedi dan komika kita sedang tumbuh berbarengan. Itu adalah suatu yang alami.

Dulu, aku ingat, di Kedai Alania, pernah berdiskusi dengan Detective Ferry tentang selera komedi dalam buku. Saat itu ia tengah menulis buku --yang entah kini bagaimana kelanjutannya-- lalu memberi contoh bukunya Raditya Dika. 

Menurutku, dulu, bukunya Raditya Dika sudah habis komedinya pada "Manusia Setengah Salmon". Tidak ada lagi cerita-cerita yang membuat kocak-ngakak-terpingkal. Namun, mulai dari buku itu, semua yang kocak-ngakak-terpingkal baru sebatas potensi.

Kala itu Ferry tidak menyangkal karena (1) belum baca buku-bukunya Raditya Dika dan (2) ia beralasan karena kini Radit telah bertambah usia --sudah tua, intinya. Dengan argumen itu aku bisa menerima. Sebab, kata Detective Ferry, tidak mungkin orang sudah lebih dari berkepala-tiga masih membahas jomlo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun