Kemudian pada masa-masa ia mulai mencintai sepakbola --karena membaca Tabloid Bola-- setiap lembar buku tulisnya ditulisi nama-nama pemain bola di bagian pojok atasnya.
Romantisme iniah yang membuat pamitnya Tabloid Bola menjadi kesedihan berlanjut dan berlarut.
Dan yang menjadi begitu berkesan bagi Mas Hadi Santoso, tentu saja, Tabloid Bola telah membuatnya tidak hanya mencintai sepakbola sebagai olahraga, tetapi jadi cinta menulis tentang sepak bola.
"Kecintaan yang akhirnya membelokkan cita-cita saya dari yang awalnya berniat menjadi ahli teknik kimia--karena anak IPA--lantas bermimpi menjadi wartawan olahraga," lanjutnya.
***
Dalam sebuah wawancara, eks-penyerang Manchester United, Louis Saha membayangkan sepakbola sebagai simbol yang berarti bahwa setiap orang dapat --pada saat yang sama-- bersaing dan hidup bersama.
Inilah yang membuat sepakbola akan terus berkembang sebagai olahraga dan industri. Bahkan eks-pemian Manchester United lainnya, Philip Neville mengakuinya.
"Sebagai pemain bola, kamu adalah seorang entertainer, olahragawan, atlet fisik, dan terkadang aktor. Terkadang, setelah pertandingan kamu mesti melakukan wawancara, dan - jujur, kamu tidak bisa selalu mengatakan yang sebenarnya!" katanya.
Karena ketika sudah menjadi seorang pemain sepakbola, lanjutnya, mesti memiliki banyak karakter.
Saat kecintaan terhadap sesuatu lebih besar daripada rasionalitas, maka hal-hal yang tidak terduga akan kerap terjadi.
Tidak juga perlu menjadi pemain sepakbola, bahkan penikmatnya pun bisa sampai melakukan hal serupa. Ini dialami sendiri oleh Mas Mahfudz Tejani saat ditangkap polisi setelah membeli Tabloid Bola di Jalan Silang, Malaysia.