Wenger dihukum tidak bisa mendampingin anak asuhnya bermain melawan Chelsea. Lalu, pada pertandingan itu Arsenal kalah. Barulah setelahnya Wenger sadar dan berbenah: mengubah formasi, taktik, dan gaya bermain --walau dengan pakem yang sama: menyerang.
Pada musim itu Conte berhasil mengantar Chelsea juara. Pada musim itu juga, akhirnya, formasi 3-4-3 kembali populer. Hampir semua pelatih menggunakannya. Meniru sejadi-jadinya. Bahkan sampai visi bermain: tidak ada bermain dengan buruk, yang penting setelah unggul lalu bisa sepuasnya bertahan, menunggu wasit meniupkan pluit akhir laga dan bisa meraih poin 3 (tiga).
Baca: Yang Tidak Dilakukan Wenger Ketika Tertinggal oleh Chelsea.
Wenger adalah satu di antaranya, pelatih yang menirukan formasi temuan Conte tersebut. Hanya saja Wenger tetaplah Wenger, Sang Profesor pragmatis; di mana sepakbola indah yang menyerang dan menguasai pertandingan jauh lebih penting dari meraih 3 (tiga) poin.
Namun, seperti yang kita tahu: pada musim itu, saat di mana Wenger menirukan Conte, Arsenal untuk kali pertama setelah 20 tahun tidak berlaga di panggung Liga Champions.
Pesan moralnya adalah untuk masuk Liga Champions, paling tidak, mesti finis di 4 (empat) teratas klasmen akhir --untuk selanjutnya ikut kualifikasi dan playoff-- bukan dengan sepakbola indah.
Memang tidak ada yang baru di bawah matahari, Emery. Memang apa? Memang belum ada (banyak) perubahan pasca kedatanganmu, bukan?
Tidak mudah, aku akui, mengganti rezim setelah berkuasa 22 tahun (di pinggir lapangan) mengelola tim sebesar Arsenal. Bahkan sampai formasi kau tiru dari Wenger mentah-mentah, Emery.
Aku kaget saja ketika kau merilis kesebelas skuad yang akan bermain melawan Qarabaq FC di Baku. Sokratis, Holding, Monreal, dan Lichtsteiner. Dan aku kira hanya itu pemain belakang yang kau mainkan, Emery. Tetapi tidak. Terselip satu nama: Sead "The Tank" Kolasinac.
Bagaimana kabarnya sekarang? Sudah pulih dari cidera pasca tur-praseason? Aku harap begitu. Sebab tidak baik jika Monreal bermain terus. Ia butuh istirahat dan liburan.
Yha. Melihat skuad yang kau turunkan, Emery, itu artinya kau bermain dengan 3 (tiga) pemain bertahan --di mana semuanya bertugas sebagai bek tengah. Lichtsteiner dan Kolasinac dipasangan sebagai bek sayap (wing back). Ini terlalu Wenger, Emery. Sungguh. Aku sampai takjub sendiri. Kedua pemain itu dibantu oleh dua pemain tengah lainnya: Elneny dan Guendouzi.
Kemudian tiga pemain sisanya di lini depan ada Welbeck, Iwobi, dan Smith-rowe.
Pemain di lapangan boleh berbeda, tetapi taktik, gaya bermain sampai pola bermain benar-benar sama. Memang tidak ada yang baru di bawah matahari, Emery. Apa?
Arsenal tetep menang (meyakinkan). Bahkan dengan mudah. Bahkan ketika permainan memasuki menit keempat dan Sokratis untuk kali pertama membuat gol pertamanya di Arsenal.
Setelah itu memang tuan rumah tampil menekan. Menyerang dari segala sisi ruang pertahanan kau, Emery. Sangat khas bermain a la tim-tim dari Eropa Barat: sporadis! Ada peluang besar, tapi tenang, semua aman dalam kendali Leno di bawah mistar.
Babak pertama diakhir dengan keunggulan Arsenal.
Namun, ketika babak kedua baru akan dimulai, pada sisi lapangan sudah ada Toreira bersiap main. Papan pergantian pemain di angkat oleh asisten wasit kelima: 18 (merah) 11 (hijau). Monreal keluar dan Toreira masuk. Kembali aku takjub. Mengubah formasi saat babak kedua baru akan dimulai?
Aku tahu, ketika Monreal ditarik keluar itu artinya kau akan (kembali) bermain dengan 4 (empat) pemain bertahan: Lichtsteiner, Sokratis, Holding, dan Kolasinac.
Apa itu artinya kau akan bermain bertahan, Emery?
Khusus untuk ini berbeda: pemain boleh sama, tapi gaya bermain akan berbeda. Alasannya? Yha karena sudah pada tua. Kau pikir berapa usia Sokraris dan Lichtsteiner? Kau pikir pemain dengan tubuh sebesar dan sekeras tank seperti Kolasinac bisa secepat apa jika dimainkan sebagai full-back, Emery? Kau pikir semua pemain asal Inggris punya kelebihan dengan kecepatan larinya?
Emery bermain aman setelah unggul? Ini Arsenal, Emery, bukan Man-united. Etapi, sejak kapan Man-united unggul? Terakhir seri, sebelumnya kalah dengan tertingal dua gol lebih dulu. Komedi.
Sudah cukup panggung untuk Man-united. Itu berlebihan. Maaf --meski itu kenyataan.
Yha. Otomatis ada 3 (tiga) pemain tengah dan Toreira akan diplot sebagai gelandang bertahan. Baru aku tahu setelah kau membuat konpress pasca laga itu. Ternyata kau memang sengaja ingin bermain sengan empat pemain bertahan dan memang butuh satu (lagi) gelandang.
"Auba dan Miki ada di London dan kami akan melihat besok dan Sabtu, apakah mereka dapat bermain untuk hari Minggu nanti melawan Fulham," kata kau dengan bahasa Inggris terbata-bata. Kasian betul rasanya melihatmu seperti itu.
Babak kedua semakin sengit. Tuan rumah terus menekan sejak menit awal. Suporter tidak hentinya bernyanyi dan menyoraki setiap pemain Arsenal jika bisa merebut bola. Lihat saja Ultra di belakang gawang Leno. Semua melepaskan baju, bertelanjang dada, garang, dan... sebenarnya baik-baik saja. Pertandingan jadi semakin seru.
Tuan rumah sempat menyamakan kedudukan, tetapi dianulir karena offside. Arsenal hanya sesekali menyerang. Bahkan lewat umpan jarak jauh dari Leno, berhasil dimanfaatkan ketiga penyerang Arsenal. Welbeck mengubah arah bola, Iwobi mengejar dan membawanya sendirian. Melihat di sisi kanan Smith-rowe berlari membuka ruang tanpa pengawalan, bola itu ia berikan. Gol. Itu gol perdana Smith-rowe untuk Arsenal di kompetisi profesional.
Arsenal bertahan dan tuan rumah masih tidak bosan menyerang. Pada satu kesempatan Iwobi bahkan membawa bola sendirian dari garis pertahanan Arsenal hingga Qarabaq. Sudah berlari sejauh itu, ketika hendak mengirim umpan ke Welbeck yang ada di tengah, ternyata berhasil ditahan. Bola keluar dan tendangan penjuru.
Tidak lama setelah mencetak gol, Smith-rowe ditarik keluar. Tidak hanya dari pendukung Arsenal yang memberi apresiasi, begitu juga pendukung tuan rumah. Rispek. Salute.
Ozil masuk menggantikan Smith-rowe. Sepuluh menit kemudian Lacazatte giliran masuk menggantikan Iwobi. Bocah satu ini lagi lumayan juga mainnya. Hampir setiap gol Arsenal selalu ada andilnya. Sebuah progress yang bisa dibanggakan.
Ozil, Welbeck, dan Laca di lini depan. Betapa mengerikan, bukan? Yha. Karena masih juga Arsenal ditekan dan ketiga pemain itu sampai membatu pertahanan. Sungguh ngeri.
Atau sesekali menyisakan Laca sendirian di depan. Menunggu umpan atau sekadar operan --untuk kemudian direbut kembali dan Arsenal diserang lagi. Tetapi selama masih ada pesona serangan balik khas --lagi-lagi-- Wenger, lahir gol ketiga.Â
Seperti kedua pemain yang sebelumnya mencetak gol, inipun gol perdana Guendouzi untuk Arsenal. Bola dalam kendali Ozil tepat di depan kotak penalti tim tuan rumah. Laca dan Welbeck membuka ruang di sisi kiri dan kanan. Ozil memutuskan mengoper ke Laca yang ada di sisi kiri dan lebih sedikit penjagaan. Ozil masuk ke dalam pertanan. Bola dikembalikan ke tengah, kepada Guendpuzi, dan tendangannya tidak dapat ditahan kiper tuan rumah. Gol.
Arsenal menutup laga dengan kemenangan yang mudah, tetapi bertahan dengan susah-payah. Tidak ada yang baru di bawah matahari, kan?
Namun, menarik menyimak sikap kau tentang pergantian pemain dan formasi pada babak kedua. Katanya, setiap pertandingan sangat penting untuk menunjukkan kepada kami dan bagi mereka untuk bertanggung jawab, percaya diri dan mengambil ritme.
"Setiap pertandingan adalah satu ujian untuk mereka. Saya sangat senang dengan bagaimana mereka menanggapi di lapangan," lanjut kau kemudian, masih dengan bahasa Inggris yang terbata-bata.
Dan aku jauh lebih kasihan melihat kau berbahasa Inggris, Emery, daripada peringkat Man-united di Premier League.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H