Hari mulai gelap. Perpustakaan tidak aku tutup. Aku masih duduk berdiam diri. Kamu datang tiba-tiba dan menangis sejadi-jadinya. Aku benci pertemuan ini. Sungguh!
***
"Aku bilang padanya kalau kamu pun suka menulis puisi. Namun, tidak satupun puisi itu dikumpulkan. Puisi itu dibuang di tempat sampah di depan perpustakaan.
Ya, dia setiap malam mencari puisi-puisimu di tempat sampah. Mengumpulkan satu-satu dan menyalin ulang. Setelah dianggap rampung, puisi-puisimu dikirim ke penerbit. Seperti yang kamu tahu sekarang: namanya semakin dipuja. Itu puisimu. Anak batiniahmu selama ini yang aku dan kamu sepelekan."
Tapi kamu masih menangis setelah menceritakan itu. "aku tidak peduli pada puisi-puisiku yang diaku itu, aku lebih peduli, jika boleh tahu, apa yang membuatmu sesedih ini?"
"Ia menghamiliku dan tidak mau tanggung jawab. Ia pergi."