Tidak ada yang berbeda dari peang. Tidak ada usaha lebih yang ia lakukan agar supaya bisa mendapat nilai lebih baik dari semester lalu di akhir tahun ajaran ini. Dia masih suka main komputer, tidak tidur siang dan makannya disuapin.
Saya pun tidak memaksanya. Biarkan saja. Toh, yang ingin dia dan yang membuat perjanjian juga dia. Tugas saya hanya siap-siap mengencangkan celana karena akan banyak pengeluaran nanti kalau peang bisa menang. Kalau perlu, seperti yang pernah dilakukan nabi muhammad saat lapar: mengganjal perutnya dengan batu.
***
Seminggu lalu saya lihat lima lembar hasil ujian kenaikan kelas punya peang. Saya kira ia sengaja menaruhnya di ruang depan agar supaya saya bisa langsung membacanya. Tiga di antaranya mendapat nilai 100, sisanya 95 dan 83.
Saya mulai khawatir. Sepertinya saya akan kalah.
***
Pertama-tama Peang mengeluarkan semua lembar soal ujiannya. Saya lihat semua. Hanya dua nilai itu memang yang beberapa hari lalu saya lihat, sisanya 100 semua. Saya tinggal mandi ---yha, akhirnya hari ini saya mandi.Â
Baru saja ingin membuat kopi, peang menanyakan saya libur hari apa? Saya jawab, "minggu depan senin sampe rabu libur kok. Kenapa?"
"Nanti nyari tablet, yha," katanya seraya menyerahkan rapot dan menambahkan kalau semester ini ia peringkat enam. Semester lalu peang hanya di peringkat 10.
Bogor, 15 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H