Setelah selesai, orang itu terkekeh. Wiji Thukul menoleh dengan wajah gamang. Suara tawa itu lambat laun merendah dan berhenti.Â
Dan (2) setelah Thukul menyamar jadi Paul. Itulah kali pertama Thukul berani keluar dengan sedikit tenang. Ia mengajak temannya, Martin, untuk minum-minum di kedai. Mereka berdua (hampir) mabuk dan Thukul membaca puisi Kemerdekaan Itu Nasi:
Kemerdekaan itu nasi
dimakan jadi tai.
4/
Entah mengapa dari dulu saya menggambarkan Thukul tak ayalnya Tan Malaka dan Munir. Hanya saja yang ini gemar menulis puisi.
6/
Tak ada yang lebih menjengkelkan dari pergi ke bioskop sendiri dan lalu bertemu mantan menonton film yang sama dan duduk bersebelahan dengan pasangan barunya.Â
Ada tiga alasan yang membuat itu semakin menjengkelkan. Saya lampirkan saja. Tak sudi saya tuliskan ulang lagi. Begini:
Saya semakin kesepian oleh kenangan-kenangan yang kembali hadir itu. Dan melihat mereka berdua, saya tak seakan tai (dalam puisi Wiji Thukul tadi).
7/