"Semua orang punya kesibukan dan kesenangan masing-masing di kereta, kasarnya, tidak peduli dengan yang lain," lanjut Ewok.
Senyum itu, senyum yang datang dari bibir tipis Emok, membuat Ewok semakin ingin banyak menceritakan semua yang terjadi di kereta. Senyum yang seakan berkata: "lalu, apalagi?"
Kemudian dimatikan pemutar musik yang menempel di kedua telinga Ewok. Dimasukan ke dalam tas. Ewok sedikit menggeser tubuhnya yang terlebih dulu menempel dengan Emok.
"Ini masih mending kereta sedang kosong, jika kamu naik saat jam kerja, akan lebih luar biasa," kata Ewok.
***
Ewok menelungkupkan kedua tangannya di dada. Berdoa.
Emok menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Berdoa.
Keduanya berdoa dengan cara masing-masing. Namun yang didoakan keduanya sama: mohon dijaga keselamatan.
Tadi, dari pengeras suara yang ada, masinis mengingatkan kalau kereta sedang dalam keadaan darurat. Ada gangguan yang terjadi. Sinyal sepanjang jalur kereta itu rusak. Masinis tidak tahu ada berapa kereta di depan maupun di belakangnya. Pilihannya hanya satu: terus jalan dengan kecepatan paling pelan.
***
"Apa kamu percaya, seseorang bisa berdiri dengan satu kaki, selama hampir dua jam, di kereta. Satu kaki lainnya terjepit entah ke mana."