Ini mungkin masih ada kaitannya dengan pengaruh industri penulisan perjalanan. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga seluruh dunia yang memiliki tujuan wisata yang terus digenjot oleh pemerintah atau swasta.
Elizabeth Becker mengatakan, “Bahwa penulisan perjalanan telah menjadi sayap yang penting bagi industri pariwisata. Tujuannya satu dan memang satu-satunya: membuat pelancong membelanjakan uangnya untuk melakukan perjalanan impian.” (dari buku Overbooked: The Exploding Busines of Travel and Tourism)
Ketika hanya sekadar itu yang dijadikan landasan, betapa besar kemungkinan kekayaan suatu tempat sekadar 'diperkosa' lalu ditinggalkan pelancong.
Dan inilah yang menarik dari buku A Turn in the South karya V. S. Naipaul, ketika ia melakukan pendekatan atas kisah perjalanannya selama di wilayah selatan Amerika. Naipaul menelusuri hampir tiap sudut kota-kota kecil di sana. Perlu diingat, Naipaul tidak hanya mengunjungi, tapi hidup di sana.
"Penulis perjalanan tidak hanya melihat dan mendeskripsikan tempat, ia (penulis perjalanan) juga menulis manusia-manusianya," kata Naipaul ketika diwawancara New York Times.
Persis seperti riset yang dilakukan Dr. Lakshmi selama tahun 2010 – 2014 di Wamena.
Banyak riset menunjukan bahwa alangkah baiknya sebuah kebijakan di Papua, mesti dilihat dari aspek budayanya. “Karena sesungguhnya yang paling mengetahui dan mengenal masalah adalah masyarakat. Jadi kalau (pemerintah) mau bertanya, tanyalah kepada kami di Papua untuk mendapat jawaban yang tepat,” ujar Hans Magal, salah seorang Tokoh Masyarakat Amungme-Kamoro. (Sumber: Jawa Pos).
Barangkali benar seperti apa yang dikatan Theo Wierema pada Paulo Coelho: zaman sekarang, orang-orang jarang saling bertatap muka, dan kalau mereka tidak saling bertatap muka, mereka tidak akan bertumbuh.
Perpustakaan Teras Baca, 11 Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H