Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Terima Kasih Mama

12 Juli 2019   19:42 Diperbarui: 12 Juli 2019   19:45 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kakak? Kakak? Mari sini." Mama memanggilku dengan terburu-buru. Dengan cepat lansung kudapati mama di depan rumah.

Baru saja aku muncul, mama lansung memelukku dengan erat. Kulihat air matanya membasahi pipi. Ada apa gerangan? Apakah wanita tadi melakukan hal yang tidak menyenangkan? Tenunan milik mama juga tidak terlihat lagi.

"Ada apa mama? Mama kenapa?" Tanyaku sambil mengusap pundak mama.

"Lia, ini. Kamu sekarang sudah bisa daftar kuliah. Terima kasih Tuhan." Mama menunjukan uang yang sedang ia pegang. Barulah ku tahu bahwa wanita yang bertamu tadi adalah pemesan tenun dari mama.

Tak ada satupun kata yang terucap. Air mataku juga ikut menetes. Doaku setiap malam akhirnya terjawab. Masih kuingat bahwa saban hari, aku masih menyalahkan keadaanku sebagai anak petani miskin. Aku bahkan merasa iri hati dengan teman-temanku yang sudah berkuliah.

Beberapa waktu lalu aku hendak mengubur mimpiku untuk berkuliah. Bapakku sedang sakit, sedang kondisi ekonomi tidak memungkinkan. Namun, Tuhan memang sayang padaku. Benarlah,Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi yang selalu berharap padanya.

"Kakak Lia, Kenapa kamu diam?" Mama kembali menyadarkanku dari lamunanku. Yah, ini bukan mimpi. Aku bisa melanjutkan pendidikan yang kuimpikan. Terima kasih mamaku.

***

"Selamat yah Ibu Lia, semua busananya sangat indah. Tenunan dari NTT memang sangat bagus." Ucap salah satu kenalanku yang hadir dalam pameran busana yang sedang kuadakan. Kata-katanya menyadarkanku dari lamunan saat aku melihat para model berjalan dipanggung dan memamerkan semua busana yang ku buat sendiri.

"Terima kasih." Balasku tersenyum. Pameran busana yang kuimpikan semenjak mulai berkuliah akhirnya menjadi kenyataan. Hal pertama yang kuingat saat ini adalah mama.

"Semua proses yang panjang, usaha yang keras dan kesabaran pasti akan beri kita hasil yang baik." Kalimat dari mama tersebut selalu menjadi pegangan hidupku hingga sekarang. Terima kasih mamaku sayang. Aku sangat mencintaimu. Apakah kau melihatku dari atas sana?

Kupang, 12 Juli 2019

Harry Andrean Dethan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun