"Sudah, kakak kerja saja." Jawabnya singkat dengan bibir yang tersenyum tipis.
Sebenarnya, aku tidak terlalu suka mengerjakan hal-hal berbau tenun. Aku memang sudah diajarkan cara menenun oleh mama. Akupun telah menguasainya. Namun, bagiku menenun merupakan hal yang sangat rumit dan butuh kesabaran. Sedang aku, aku tidak pandai dalam bersabar.
"Kakak kalau kerja mukanya jangan masam begitu, nanti hasilnya tidak baik." Tegur mama karena melihat tatapanku yang kosong dan ekspresi wajahku yang cemberut.
"Mama tidak capek? Proses tenun sangat panjang dan susah, tapi mama tidak bosan juga." Tanyaku lagi dengan nada penasaran.
"Yah, karena mama suka. Asal kakak tahu, meski menenun ini prosesnya panjang, namun hasilnya akan sangat bagus dan punya harga yang mahal. Begitu juga dengan kita punya hidup. Semua proses yang panjang, usaha yang keras dan kesabaran pasti akan beri kita hasil yang baik." Jawab mamaku yang bijak ini.
"Kalau kakak capek, istirahat dulu. Mama lihat kakak punya muka sangat pucat." Seru mama menyadari keletihanku. Ah, terima kasih mama terbaik di dunia. Aku sangat mencintaimu. Aku lalu beristirahat dan memulihkan fisik dan hati yang sedang lelah ini.
***
"Hallo selamat siang". "Selamat siang". "Mama Tarochi ada kah?" terlihat seorang wanita mengetuk pintu dan lansung ku sambut. Aku lalu mempersilahkannya untuk duduk.
Baru saja hendak kupanggil, mama lansung muncul dari belakang dengan membawa beberapa set hasil tenunan yang ia kerjakan dengan semangat beberapa bulan ini.
"Wah, indah sekali. Saya suka sekali dengan motif dan warnanya." Seru wanita tersebut memuji hasil tenunan mama. Sambil mama dan wanita tersebut berbincang, aku minta diri ke belakang untuk membuat minuman.
Baru saja hendak ku antarkan minuman ke depan, terlihat wanita tersebut sudah berpamitan. Minuman tersebut lantas jadi mubasir.