Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Health Promoter

Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Terima Kasih Mama

12 Juli 2019   19:42 Diperbarui: 12 Juli 2019   19:45 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah, kakak kerja saja." Jawabnya singkat dengan bibir yang tersenyum tipis.

Sebenarnya, aku tidak terlalu suka mengerjakan hal-hal berbau tenun. Aku memang sudah diajarkan cara menenun oleh mama. Akupun telah menguasainya. Namun, bagiku menenun merupakan hal yang sangat rumit dan butuh kesabaran. Sedang aku, aku tidak pandai dalam bersabar.

"Kakak kalau kerja mukanya jangan masam begitu, nanti hasilnya tidak baik." Tegur mama karena melihat tatapanku yang kosong dan ekspresi wajahku yang cemberut.

"Mama tidak capek? Proses tenun sangat panjang dan susah, tapi mama tidak bosan juga." Tanyaku lagi dengan nada penasaran.

"Yah, karena mama suka. Asal kakak tahu, meski menenun ini prosesnya panjang, namun hasilnya akan sangat bagus dan punya harga yang mahal. Begitu juga dengan kita punya hidup. Semua proses yang panjang, usaha yang keras dan kesabaran pasti akan beri kita hasil yang baik." Jawab mamaku yang bijak ini.

"Kalau kakak capek, istirahat dulu. Mama lihat kakak punya muka sangat pucat." Seru mama menyadari keletihanku. Ah, terima kasih mama terbaik di dunia. Aku sangat mencintaimu. Aku lalu beristirahat dan memulihkan fisik dan hati yang sedang lelah ini.

***

"Hallo selamat siang". "Selamat siang". "Mama Tarochi ada kah?" terlihat seorang wanita mengetuk pintu dan lansung ku sambut. Aku lalu mempersilahkannya untuk duduk.

Baru saja hendak kupanggil, mama lansung muncul dari belakang dengan membawa beberapa set hasil tenunan yang ia kerjakan dengan semangat beberapa bulan ini.

"Wah, indah sekali. Saya suka sekali dengan motif dan warnanya." Seru wanita tersebut memuji hasil tenunan mama. Sambil mama dan wanita tersebut berbincang, aku minta diri ke belakang untuk membuat minuman.

Baru saja hendak ku antarkan minuman ke depan, terlihat wanita tersebut sudah berpamitan. Minuman tersebut lantas jadi mubasir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun