Mereka lalu mencari bola di sekitar ruangan rumah itu. Bola akhirnya ditemukan. Namun, mereka menjadi lesu ketika menemukan satu-satunya bola milik mereka pecah. Bola plastik yang sudah cukup lusuh tersebut memang sudah cukup lama mereka mainkan. Wajar saja ketika terbentur, akan lansung pecah.
"Wah. Gimana nih. Bola kita sudah pecah. Sekarang kita sudah tidak bisa bermain bola lagi." Gerutu Isak.
"Ia betul. Bagaimana yah?" sambung Lando dengan bertanya.
Melihat kedua temannya yang tampak lesu, Nano lalu berpikir sejenak lalu mulai mengajak teman-temannya tersebut untuk melakukan sesuatu.
"Isak, Lando. Ayo kita berdoa. Kata ayahku, kalau kita berdoa dengan sungguh-sungguh, Tuhan akan memberikan yang kita minta loh." Ujar Nano dengan penuh percaya diri.
"Wah. Benarkah? Kalau begitu ayo kita berdoa." Sambung Isak dan Lando.
Mereka lalu mulai menutup mata mereka dan berdoa di dalam rumah tersebut.
"Tuhan yang baik, kami tadi sedang bermain bola. Namun sekarang bola kami rusak. Kami ingin meminta bola padaMu. Terima kasih Tuhan. Amin." Doa yang singkat dan polos dari anak kecil berumur lima tahun yang sering diajari cara berdoa oleh sang ayah. Setelah berdoa, mereka lalu pulang ke rumah masing-masing.
***
Keesokan harinya, mereka bertiga berkumpul di rumahnya Nano. Karena tidak adanya bola, kali ini mereka memilih untuk menonton film kartun bersama. Saat sedang asyik menonton, tiba-tiba ada suara ketukan pintu. Nampaknya ada tamu yang datang. Ayah dari Nano lansung pergi untuk mendapati tamu tersebut.
"Wah. Hallo Pak Lintang. Apa kabar? Apakah semua barang sudah dipindahkan ke rumah baru?" tamu tersebut ternyata merupakan sahabat dari ayah Nano.