Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kerinduan yang Membisu

23 Maret 2019   19:38 Diperbarui: 23 Maret 2019   19:41 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: architecture.desktopnexus.com

"Hallo. Permisi." Nadia kembali memanggil dan mengetuk pintu yang sudah sedikit terbuka itu. Kali ini lagi-lagi tak ada respon apapun. Upaya yang dilakukan oleh Willy dan Remon juga tidak direspon.

Rasa takut mulai muncul. Bulu kuduk mendadak berdiri. Nadia dan kedua temannya hampir tidak bisa membedakan, apakah hal tersebut adalah akibat dari rasa takut yang mulai menghampiri atau rasa kedinginan.

Suasana makin mencekam ketika terdengar suara kursi dan meja yang bergeser dari dalam rumah yang gelap tersebut.

"Kita jalan aja yuk! Di sini seram banget." Kata Nadia.

"Lah kamu lihat kan, lagi hujan deras dan angin juga sangat kencang. Bisa-bisa kita tertindih oleh pohon yang roboh." Sambung Remon.

"Ia, lebih baik ditangkap setan dari pada tertindih pohon hahahaha." Kata Willy menyambung lagi.

Nadia lalu memukul tangan kedua temannya yang menakut-nakuti dirinya. Nadia memang terkenal dengan sebutan penakut setan. Hal inipun terjadi karena ia terlalu sering menonton film horor.

Suasana lalu kembali senyap. Nadia mulai menangis karena sangat ketakutan. Usaha Willy dan Remon untuk menenangkannya tak direspon. Tubuh Nadia mulai terasa lemas. Ia lalu roboh dan pingsan.

***

Tiba-tiba Nadia merasakan ada seseorang yang memegang pundaknya. Nadia dan kedua temannya yang melihat ke belakang, sontak merasa terkejut. Terlihat seorang wanita tua berdiri di hadapan mereka.

"Nenek? Sejak kapan nenek ada di sini? Dari tadi kami mengetuk pintu tapi tak ada respon." Tanya Nadia. Nenek tersebut hanya mengangguk dan menunjuk ke arah dalam rumah, memberikan isyarat agar mereka masuk ke dalam rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun