Selesai membeli semua perlengkapannya, ia lansung menuju tempat parkir. Sebelum pergi dengan motornya, ia duduk sebentar untuk menenangkan pikiran, sambil menyantap beberapa donat yang tadi ia beli.
Wajahnya nampak masih muram. Ia seperti orang yang memiliki banyak masalah. Padahal seharusnya hari ini adalah hari paling bahagia yang ia punya. "Sungguh hari yang menyebalkan!" katanya dengan penuh emosi. Dengan berbagai macam kata-kata, ia mengeluarkan rasa kekesalannya agar hatinya dapat menjadi lega.
Setelah puas dan lega dengan kekesalannya, ia lalu bergegas untuk pulang. Sebelum pergi, ia menatap sisa 1 buah donat yang sudah tidak sanggup lagi ia makan karena rasa kenyang yang ia rasakan. "Ah, dibuang saja. Lagipula tinggal satu dan sudah tidak sanggup kumakan lagi" kata Lukas.
Saat hendak membuang donat tersebut di tempat sampah, matanya lalu melihat seorang anak laki-laki berumur sekitar 9 tahun yang sedang memilah sampah-sampah yang berada di depannya. Nampak anak tersebut memiliki tubuh yang kurus dan pakaian yang mungkin saja sudah lama tidak diganti. Ia lalu menghampiri anak tersebut.
"Dik, ini ada 1 donat yang tidak aku makan. Ini untukmu." Kata Lukas sambil menyodorkan donat tersebut pada anak itu. Sontak anak tersebut lansung kaget. Ia lalu menatap Lukas dengan wajah yang agak bingung. Tetapi, setelah melihat donat yang disodorkan padanya, wajahnya lansung sumringah.
"Wah, terima kasih kak." Kata anak tersebut sambil lansung memakan donat mahal yang dibeli Lukas tadi. "Apakah kakak tahu? Ini adalah kue ulang tahun termahal yang pernah saya makan." Sambung anak itu sambil terus memakan donat dari Lukas tersebut.
"Apakah hari ini ulang tahunmu?" tanya Lukas. Sepertinya Lukas cukup kaget, karena anak tersebut juga berulang tahun hari ini. Anak tersebut lalu mengangguk dengan mulut yang penuh dengan donat untuk merespon pertanyaan dari Lukas.
"Lalu, dimana kamu tinggal? Dimana orang tuamu?" lanjutnya dengan rasa penasaran. "Aku tinggal bersama nenek di daerah dekat seberang sungai. Aku tidak punya ayah dan ibu. Hanya nenek yang ku punya dan aku sangat mencintainya" Jawab anak tersebut dengan penuh senyuman dan kegembiraan.
Melihat anak tersebut, Lukas lansung tersentak. Dibanding dirinya yang selalu diistimewakan dan mendapat apapun yang ia mau, anak ini memiliki nasib yang tidak seberuntungnya. Ia bahkan masih merasa jengkel dan marah pada orang-orang disekitarnya yang tidak memberikan hadiah istimewa apapun padanya hari ini.
Melihat anak ini, Lukas lansung merasa malu pada dirinya sendiri yang walau sudah berusia cukup dewasa, namun masih terlalu kekanak-kanakan.
Lukas merasa bersalah karena tidak bersyukur dengan semua hal yang sudah ia miliki. Bahkan, saat pertama kali ia bangun pagi tadi, ia belum sempat berdoa dan bersyukur pada Tuhan untuk penambahan satu tahun lagi usianya.