Matahari mulai muncul secara perlahan. Burung-burung mulai berkicauan. Cahaya mulai masuk melalui sela-sela jendela dan menyentuh wajah Lukas. Matanya lalu mulai terbuka, menunjukan bahwa ia masih mendapatkan kesempatan di hari yang baru oleh sang Pencipta.
Hari baru, semangat baru dan tidak kalah pentingnya, hari ini adalah hari ulang tahunnya. Menjadi seorang anak tunggal dari sebuah keluarga, membuatnya selalu merasa bahwa dirinya istimewa. Ia selalu dimanja. Apapun yang dimintainya selalu diberikan oleh orang tuanya.
Hari ini si anak manja telah umur 20 tahun. Banyak sekali harapan yang dia inginkan agar dapat terjadi hari ini. Ia mulai membayangkan kejutan-kejutan yang akan ia terima dari keluarga dan para teman, hadiah, hingga pesta ulang tahun yang pasti akan disiapkan baginya.
"Kira-kira hari ini hadiah apa yah yang akan kudapatkan? Motor baru? Handphone baru? Ah, rasanya aku tak sabar untuk menerimanya." Batinnya sambil tersenyum sendiri sembari masih berbaring di atas tempat tidur.
Setelah puas dengan semua khayalannya tentang apa yang akan ia dapatkan di hari ulang tahun ini, ia lansung beranjak dari tempat tidur dan bersiap pergi ke kampus. Setelah bersiap, ia duduk dan makan pagi bersama kedua orang tua tercinta.
"Selamat ulang tahun yah nak!" ucap sang ibunda membuka pembicaraan. "Selamat ulang tahun Lukas. Maaf bapak dan ibu tidak bisa beri apa-apa. Tapi kami selalu mendoakan yang terbaik untukmu." Sambung bapaknya.
"Ia terima kasih bapak dan ibu!" katanya dengan tersenyum. "Hah, hanya begini saja ucapan mereka? Sama sekali tidak ada yang istimewa." Lanjutnya dalam hati. Wajahnya yang awalanya sumringah menunggu sesuatu yang istimewa dari kedua orang tuanya, lansung berganti menjadi wajah yang ditempeli dengan topeng kemurungan maksimal.
Selesai makan, Lukas lansung pamit dan pergi ke kampus dengan wajah yang muram. Perkuliahan ia ikuti dengan rasa jengkel kepada orang-orang di sekitarnya yang menganggap bahwa hari ini sama saja seperti hari biasanya. Padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Sorepun tiba. Dengan tidak menggubris teman-temannya, ia lansung pulang. Sebelum lansung ke rumah, ia singgah dahulu ke supermarket unutk membeli beberapa keperluannya. Hatinya masih saja menyimpan rasa jengkel, bahkan emosinya makin memuncak.
Ia mulai menganggap dirinya adalah orang yang paling tidak beruntung hari ini. Semua harapan yang ia miliki, tak ada satupun yang terwujud. Semua pikiran negatif tentang orang-orang di sekitarnya memenuhi isi kepalanya.
Selesai membeli semua perlengkapannya, ia lansung menuju tempat parkir. Sebelum pergi dengan motornya, ia duduk sebentar untuk menenangkan pikiran, sambil menyantap beberapa donat yang tadi ia beli.
Wajahnya nampak masih muram. Ia seperti orang yang memiliki banyak masalah. Padahal seharusnya hari ini adalah hari paling bahagia yang ia punya. "Sungguh hari yang menyebalkan!" katanya dengan penuh emosi. Dengan berbagai macam kata-kata, ia mengeluarkan rasa kekesalannya agar hatinya dapat menjadi lega.
Setelah puas dan lega dengan kekesalannya, ia lalu bergegas untuk pulang. Sebelum pergi, ia menatap sisa 1 buah donat yang sudah tidak sanggup lagi ia makan karena rasa kenyang yang ia rasakan. "Ah, dibuang saja. Lagipula tinggal satu dan sudah tidak sanggup kumakan lagi" kata Lukas.
Saat hendak membuang donat tersebut di tempat sampah, matanya lalu melihat seorang anak laki-laki berumur sekitar 9 tahun yang sedang memilah sampah-sampah yang berada di depannya. Nampak anak tersebut memiliki tubuh yang kurus dan pakaian yang mungkin saja sudah lama tidak diganti. Ia lalu menghampiri anak tersebut.
"Dik, ini ada 1 donat yang tidak aku makan. Ini untukmu." Kata Lukas sambil menyodorkan donat tersebut pada anak itu. Sontak anak tersebut lansung kaget. Ia lalu menatap Lukas dengan wajah yang agak bingung. Tetapi, setelah melihat donat yang disodorkan padanya, wajahnya lansung sumringah.
"Wah, terima kasih kak." Kata anak tersebut sambil lansung memakan donat mahal yang dibeli Lukas tadi. "Apakah kakak tahu? Ini adalah kue ulang tahun termahal yang pernah saya makan." Sambung anak itu sambil terus memakan donat dari Lukas tersebut.
"Apakah hari ini ulang tahunmu?" tanya Lukas. Sepertinya Lukas cukup kaget, karena anak tersebut juga berulang tahun hari ini. Anak tersebut lalu mengangguk dengan mulut yang penuh dengan donat untuk merespon pertanyaan dari Lukas.
"Lalu, dimana kamu tinggal? Dimana orang tuamu?" lanjutnya dengan rasa penasaran. "Aku tinggal bersama nenek di daerah dekat seberang sungai. Aku tidak punya ayah dan ibu. Hanya nenek yang ku punya dan aku sangat mencintainya" Jawab anak tersebut dengan penuh senyuman dan kegembiraan.
Melihat anak tersebut, Lukas lansung tersentak. Dibanding dirinya yang selalu diistimewakan dan mendapat apapun yang ia mau, anak ini memiliki nasib yang tidak seberuntungnya. Ia bahkan masih merasa jengkel dan marah pada orang-orang disekitarnya yang tidak memberikan hadiah istimewa apapun padanya hari ini.
Melihat anak ini, Lukas lansung merasa malu pada dirinya sendiri yang walau sudah berusia cukup dewasa, namun masih terlalu kekanak-kanakan.
Lukas merasa bersalah karena tidak bersyukur dengan semua hal yang sudah ia miliki. Bahkan, saat pertama kali ia bangun pagi tadi, ia belum sempat berdoa dan bersyukur pada Tuhan untuk penambahan satu tahun lagi usianya.
Setelah selesai makan donat tersebut, anak itu lalu berpamitan untuk pergi. "Terima kasih yah kak, aku pergi dulu." Kata anak tersebut. Sebelum anak itu berlalu, Lukas masih menyempatkan untuk bertanya "Oh ia, namamu siapa dek?"
"Namaku Gilang kak. Sampai jumpa." Jawab anak tersebut dan lansung pergi ke tempat lain untuk melanjutkan pekerjaannya, mengumpulkan sampah-sampah yang akan dijualnya lagi ke tempat pengepul sampah. "Sampai jumpa Gilang!" balas Lukas dengan tersenyum.
Lukas lansung bergegas pulang. Sesampainya di rumah, ia lansung memeluk dan mencium kedua orang tuanya. "Terima kasih bapak dan ibu" Katanya dengan air mata yang membasahi pipi.
"Kamu kenapa nak?" tanya ibundanya. "Apa yang kamu inginkan? Apakah motor baru? Sebagai hadiah ulang tahun akan bapak berikan." Kata bapaknya menyambung.
Mendengar hal yang ia tunggu-tunggu sejak membuka mata tersebut, Lukas lalu kembali mengingat pertemuannya dengan Gilang di tempat sampah tadi. "Tidak bapak, motorku masih sangat bagus. Aku tidak memerlukan apa-apa. Aku bersyukur masih memiliki kalian." Jawab Lukas pada kedua orang tuanya.
"Anak kita ternyata sudah makin dewasa." Kata ibundanya dengan senyum syukur dan rasa bangga. Melihat senyum kedua orang tuanya yang mulai menua, Lukas merasa sangat bersyukur. Senyuman itu seperti menjadi hadiah terbaik di ulang tahunnya yang ke 20.
"Terima kasih bapak dan ibu, terima kasih Gilang, dan terima kasih untuk segalanya, Tuhan." Batinnya dalam doanya pada Tuhan dengan penuh rasa syukur.
"Jangan lupa bersyukur hari ini!"
Kupang, 2 Maret 2019
Harry Dethan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H