Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Keadilan Ilahi yang Tidak Terselami

23 Maret 2024   06:50 Diperbarui: 23 Maret 2024   07:02 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya kesesalan karena tidak adanya keadilan. Jika dihitung dan dikumpulkan tidak cukup untuk mendata menguraikan serta menceritakan, betapa kekesalan masyarakat minoritas atas perlakuan atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat mayoritas.

\

Tidak sedikit intimidasi dan perkusi yang dilakukan masyarakat mazyoritas terhadap masyarakat minoritas. Tindakan semena-mena  dengan kekerasan tidak ada batasnya dan tidak ada pula yang menghalanginya, seakan-akan negeri ini hanya milik golongan mereka dan hukum tidak berlaku bagi mereka

 

 Penolakan, penutupan, pengurasakan dan  pendirian rumah ibadah (gereja) menjadi cerita berulang dari tahun ke tahun. Alasan klasik rumah ibadah tak memiliki izin, acap menjadi pembenaran untuk melakukan tindakan intoleran. Sejumlah peraturan yang dianggap diskriminatif dan pemerintah daerah yang kerap tak bergigi terhadap tekanan kelompok intoleran, semakin menyudutkan kaum minoritas.

 

Data Setara Institute menunjukan, sejak 2007 hingga 2018, terdapat ratusan kasus penolakan dan penyerangan rumah ibadah. Penyerangan itu antara lain berupa penyegelan hingga intimidasi. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mencatat, dalam 10-15 tahun terakhir terdapat sekitar 500-600 pengaduan terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan, termasuk di dalamnya kasus pendirian rumah ibadah. Kasus-kasus ini tersebar di seluruh Indonesia.

 

Mungkin keluhan dan kekesalan umat Kristen Indonesia sekarang ini tidak jauh bedanya dengan keluhan yang dialami oleh nabi Habakuk.  Jika membaca kisah nabi Habakuk yang tertuang dalam Kitab Habakuk fasal 1  maka sebagian orang atau para pembaca akan  menyimpulkan bahwa Habakuk dalam kisah itu melakukan protes atau complain kepada Tuhan. Karena pada saat itu terasa keadilan tidak ada, Bahkan Habakuk memandang bahwa Tuhan membiarkan umat pilihannya yaitu bangsa Israel tertindas oleh bangsa yang tidak mengenal Tuhan.

 

Tidak adanya keadilan yang dipertontonkan oleh Tuhan nampak jelas dari ayat 3 yang mengatakan "Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? aniaya dan kekerasan ada di depan mataku. 

 

Hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar. Seluruh bangsa melakukan kekerasan, Itulah sebabnya Habakuk berteriak minta tolong pada Tuhan. Dalam fasal pertama ayat pertama Habakuk berteriak "Berapa lama lagi Tuhan aku berteriak tetapi tidak Kau dengar, aku berseru padaMu tetapi tidak Engkau tolong.

 

Teriakan Habakuk ini cukup beralasan sebab Habakuk melihat sendiri di depan mata orang-orang jahat orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, orang-orang yang mengabaikan perintah Tuhan justru mendapat kemudahan dalam hidupnya. Keluarga mereka sehat-sehat, suami semakin kuat, istri makin cazntik anak-anak bertumbuh, terhindar dari sakit penyakit. Usaha mereka bertumbuh, berkembang dan berhasil, mereka berfoya-foya dan bersenang-senang, bahkan mereka tidak pernah beribadah. 

  

Selain Habakuk tidak sedikit orang-orang atau hamba-haamba Tuhan  yang juga berteriak minta keadilan. Karena oang-orang yang tekun beribadah, orang-orang yang selalu mendekatkan diri pada Tuhan  justru sering mendapat perlakuan seperti itu  

 

Ada seorang ibu rumah tangga yang mengalami permasalahan yang sangat berat, karena kedapatan anak satu-satunya mengkonsumsi narkoba. Anak ini telah ditegor dengan kasih oleh ibunya yang adalah hamba Tuhan, dari waktu ke waktu sekalipun telah di doakan siang dan malam, namun kebiasaan terlarang yang dilakukan oleh anaknya tersebut tidak juga berkurang tetapi justru bertambah parah. 

 

Hari berikutnya anaknya sudah mulai berani menipu dan membohongi kedua orang tuanya, selain itu juga sudah berani memakai uang kuliah yang seharusnya dia bayarkan dia pakai untuk membeli narkoba, dan yang lebih parah lagi anak ini juga sudah berani menjual barang-barang yang ada di rumah. 

 

Sekalipun kejaqdian ini sudah cukup lama, tetapi untuk tidak membuat suaminya banyak pikiran, ibu ini sengaja tidak memberitahukan keadaan anaknya kepada suaminya. Di rumah doapun ibu ini juga tidak memberitahukan padahal ibu ini seorang pendoa.

 

Karena bertambah hari bertambah parah, akhirnya ibu ini terpaksa memberitahukannya kepada tim pendoanya di greja, dia juga memberanikan diri untuk memberitahukan kepada suaminya. Ketika mendengar berita ini suaminya kaget bukan kepalang, setiap saat dan setiap waktu dia selalu memikirkan anaknya, akhirnya suami jatuh sakit dan terpaksa harus di rawat di rumah sakit.

 

Mendengar bapaknya di rawat dirumah sakit, bukannya si anak bertobat tetapi justru semakin menjadi-jadi, bahkan ketika bapaknya meninggal dunia dia pun juga tidak menyesalinya. Pada akhirnya anak itu sendiri menyusul bapanya meninggal dunia karena over dosis.

 

Tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang juga mengalami pergumulan berat seperti yang dialami ibu ini. Misalnya bapak Pendeta Hamba Isa yang melayani gereja GGP di Jawa Barat. Hamba Tuhan ini mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa, anak laki-lakinya meninggal dunia karena sakit dan anak perempuannya meninggal dunia karena kecelakaan, jadi sekarang hamba Tuhan ini hanya berdua bersama istrinya.

 

Demikian halnya dengan Bapak Pendeta Hengky Benaya yang merupakan mantan ketua Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) di Indonesia. Pergumulan yang dialami oleh beliau juga tidak kalah beratnya, setelah anak pertamanya meninggal akibat kanker lidah, tidak lama kemudian beliau sendiri di panggil Tuhan karena sakit. Tidak sampai disitu istrinyapun menyusul sang suami. Jadi keluarga tinggal satu orang yaitu anak yang terakhir.  

 

Saya sendiri sebagai penulis buku yang berjudul "KETIKA YESUS DIAM" juga mengalami pengalaman penderitaan yang sama. Setelah anak saya yang pertama meninggal, kemudian disusul anak saya yang nomor dua. Penderitaan tidak sampai disitu saja, istri yang saya cintai dan kasihi terkena stroke mengakibatkan kelumpuhan total selama 13 tahun dan kemudian Tuhan panggil pada tanggal 19 November 2019. 

 

Dari keempat hamba Tuhan yang mengalami permasalahan berat ini, siapakah diantaranya yang paling berat permasalahannya. Pasti dua diantaranya yang mengatakan paling berat, yaitu ibu pendoa dan ibu pendeta Hengky Benaya, sebab keduanya kehilangan anak dan suaminya. 

 

Jika dibandingkan dengan penderitaan Ayub, lebih berat mana? Adakah orang yang mau mengalaminya? Mungkin kalau lebih dulu diberitahukan kalau nanti keadaan Ayub akan dipulihkan, pasti tidak sedikit orang yang mau mengalaminya, apalagi kalau anak-anaknya yang sekarang sering mengecewakan orang tua semua.  Tetapi kalau tidak diberitahukan pasti semua orang yang ada di dunia ini tidak ada yang mau mengalaminya.

 

Coba bayangkan mula-mula Ayub kehilangan lembu, domba, keledai dan semua hartanya. Kehilangan sedemikian memang berat, tetapi pasti masih tertahankan. Maka dari itu kalau kita harus memilih antara kehilangan kekayaan, keluarga, kesehatan, atau teman-teman, kita pada umumnya akan memilih kehilangan kekayaan. Mengapa? Karena selama nyawa masih di kandung badan, dan kita dalam keadaan sehat, ditambah anak dan istri baik-baik, harta toh bisa di cari lagi.

 

Tetapi kenyataan dalam waktu hampir bersamaan Ayub kehilangan semua anak-anaknya. Namun syukurlan, ia sendiri dan istrinya masih sehat. Itu berarti jika harta hilang tinggal dicari lagi, anak hilang tinggal diproduksi lagi.

 

Kemudian ternyata dalam waktu singkat Ayub yang sehat menjadi sakit mulai dari telapak kaki sampai ke ujung kepalanya. Tetapi syukurlan ada istri yang diharapkan dapat merawatnya dengan penuh kasih sayang. Ternyata istrinya, satu-satunya orang yang dikasihinya yang masih tinggal, justru mengutuk dan menyuruhnya mati saja. Dimanakah letak keadilan Tuhan?

 

Keadilan Ilahi Yang Tidazk Terselami

Kembali pada kisah Habakuk. Ada suasana kontras dalam kisah Habakuk ini, jika awal-awalnya Habakuk ada kekesalan yang mendalam yang mengakibatkan Hzabakuk complain pada Tuhan. Tetapi diakhir cerita ini Habakuk justru mengucap syukur atas keadaan yang terjadi. Apa yang melatarbelakangi hal ini?

 

Cara pandang Tuhan sangat bertolak belakang dengan cara pandang manusia. Yang jelas rancangan Tuhan pasti rancangan yang terbaik buat manusia. Apa yang Tuhan lakukan terhadap manusia khususnya kepada orang-orang yang hidupnya berkenan padaNya pasti bukan saja akan berhasil tetapi yang jelas akan memperoleh keselamatan.

 

Dalam Habakuk 3:17 dikatakan "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon jaitun tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sejkalipun ladang ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kendang, namun aku akan bersorak-sorai di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku, Ia membuat kakiku serperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.

 

Yang menjadi pertanyaan alasan apa yang membuat Habakuk kemudian berkata-kata dan mengucap syukur seperti itu. Ternyata Habakuk sadar bahwa Tuhan sangat mengasihi umatnya. Kalau Tuhan membiarkan orang-orang fasik berbuat jahat sesukanya dan tidak ada orang yang melarangnya, itu sebenarnya merupakan  hukuman Tuhan terhadap orang fasik itu. Ibarat seperti Tuhan memberikan sebuah mobil bagus kepada orang tersebut, tetapi mobil tersebut tidak ada remnya. Dan mereka melaju kencang di jalan tola pa yang terjadi? Jelas sekali ujungnya mereka akan mengalami kecelakaan dan akhirnya KEMATIAN menjemputnya.

 

Sementara Tuhan memberikan kita kendaraan yang lengkap dengan remnya, sehingga kita bisa mengerem ketika akan mengalami musibah  tabrakan, dengan demikian kita terhindar dari kecelakaan maut. Inilah keadilan Tuhan yang kadang tidak dapat kita selami.

 

Dari kisah Habakuk ini menyadarkan kepada kita semua, selama kita masih hidup pasti ada permasalahan, namun kita sebagai anak Tuhan harus percaya bahwa hidup kita ada ditangan Bapa. Bapa yang ada di dunia saja sangat menyayangi anaknya, apalagi Bapa yang di sorga yang adalah Bapa yang maha pengasih dan maha penyayang. SPOUDE Tuhan Yesus memberkati.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun