Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Keadilan Ilahi yang Tidak Terselami

23 Maret 2024   06:50 Diperbarui: 23 Maret 2024   07:02 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 

Hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar. Seluruh bangsa melakukan kekerasan, Itulah sebabnya Habakuk berteriak minta tolong pada Tuhan. Dalam fasal pertama ayat pertama Habakuk berteriak "Berapa lama lagi Tuhan aku berteriak tetapi tidak Kau dengar, aku berseru padaMu tetapi tidak Engkau tolong.

 

Teriakan Habakuk ini cukup beralasan sebab Habakuk melihat sendiri di depan mata orang-orang jahat orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, orang-orang yang mengabaikan perintah Tuhan justru mendapat kemudahan dalam hidupnya. Keluarga mereka sehat-sehat, suami semakin kuat, istri makin cazntik anak-anak bertumbuh, terhindar dari sakit penyakit. Usaha mereka bertumbuh, berkembang dan berhasil, mereka berfoya-foya dan bersenang-senang, bahkan mereka tidak pernah beribadah. 

  

Selain Habakuk tidak sedikit orang-orang atau hamba-haamba Tuhan  yang juga berteriak minta keadilan. Karena oang-orang yang tekun beribadah, orang-orang yang selalu mendekatkan diri pada Tuhan  justru sering mendapat perlakuan seperti itu  

 

Ada seorang ibu rumah tangga yang mengalami permasalahan yang sangat berat, karena kedapatan anak satu-satunya mengkonsumsi narkoba. Anak ini telah ditegor dengan kasih oleh ibunya yang adalah hamba Tuhan, dari waktu ke waktu sekalipun telah di doakan siang dan malam, namun kebiasaan terlarang yang dilakukan oleh anaknya tersebut tidak juga berkurang tetapi justru bertambah parah. 

 

Hari berikutnya anaknya sudah mulai berani menipu dan membohongi kedua orang tuanya, selain itu juga sudah berani memakai uang kuliah yang seharusnya dia bayarkan dia pakai untuk membeli narkoba, dan yang lebih parah lagi anak ini juga sudah berani menjual barang-barang yang ada di rumah. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun