Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jaringan Ulama Betawi: Penyebaran Agama Islam hingga Respon Pemerintah Kolonial

10 Oktober 2022   11:00 Diperbarui: 10 Oktober 2022   11:13 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sir Thomas Stanford Raffles. Sumber: The New York Public Library Digital Collections

Sedangkan Abdul Aziz menyebutkan Islam datang ke Betawi pada masa pasca penaklukkan Sunda Kelapa oleh Fatahilla pada tahun 1527. Hal ini berawal dari kerja sama Kerajaan Hindhu-Budha Pajajaran dengan Kerajaan Katholik Portugis berpusat di Malaka, ditandatangani 21 Agustus 1522 oleh Henrique Leme, wakil Portugis di Dunia Timur utusan Gubernur Malaka Jorge d'Alburqueque dengan Raja Pajajaran, Ratu Prabu Siam.

 Selain itu penyebaran islam ini juga di pengaruhi oleh datangnya para pendatang dari Timur Tengah seperti Hadramaut yang memiliki berbagai tujuan seperti untuk berdagang, berdakwah, mengungsi dikarenakan daerah asal terjadi konflik.

 

Jaringan Ulama di Kalangan Etnis Betawi 

Zamakhsyari Dhofier mengklasifikasikan ulama dalam masyarakat Betawi dalam empat kategori. Pertama, Ulama kelas satu, yakni ulama yang ditunjuk majelis taklim yang berlokasi di Jakarta.  

Biasanya para ulama ini sudah dikenal di Jakarta. Kebanyakan adalah ulama-ulama muda lulusan dari universitas di timur tengah. Kedua, adalah ulama kelas dua, yaitu ulama yang dikenal pada tingkat kecamatan. Ketiga, ulama kelas tiga, yakni ulama yang populer di tingkat kelurahan. Keempat, biasanya para guru agama di madrasah.

Sedangkan Rakhmat Zailani Kiki, dkk. membagi ulama menjadi tiga katagori. Pertama, Guru, yaitu orang yang menguasai berbagai macam ilmu agama serta memiliki otoritas dalam mengeluarkan fakta atas segala persoalan.  

Misalnya Guru Mansur, Guru Mujtaba', Guru Madjid, dan Guru Mughni. Kedua, Muallim, yakni orang yang menguasai ilmu agama namun belum memiliki otoritas untuk mengeluarkan fatwa, seperti Muallim Syafi`i Hadzami, Muallim Abdullah Syafi`i, dan Muallim Tohir Rohili. Ketiga, Ustaz, yaitu orang yang memiliki pengetahuan agama yang cukup dan sering menjadi pemimpin pada upacara-upacara keagamaan, seperti imam salat atau pemimpin tahlil. 

Selain mengkategorikan Ulama, Etnis Betawi memiliki struktur masyakat kelas. Pertama kelas guru ngaji, kelas ini masih dibagi menjadi dua, yakni guru yang mengajar teks-teks Al-Qur'an dan guru yang mengajar teks-teks Al-Qur'an dan kitab kuning. 

Kedua, para haji, kelas ini mendapat perlakuan istimewa di masyarakat. Seperti di masjid-masjid yang dikelola oleh masyarakat Betawi, para haji selalu mewarnai saf-saf paling depan dengan kostum yang khas putih-putih dengan sorban di atas kepala. Ketiga, orang Arab keturunan Nabi yang disebut Sayyid atau Habib.  

Para habib ini sangat dihormati bukan hanya karena dipandang sebagai keturunan nabi yang meraka anggap selayaknya menerima penghormatan, melainkan karena jasa mereka yang turut menyebarkan Islam di tanah Betawi dan posisinya sebagai sumber kader ulama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun