Kondisi Sosial Politik Kesultanan Aceh pada Abad ke-16
Pada mulanya Aceh masih merupakan kerajaan taklukkan dari Kerajaan Pidie, akan tetapi berkat Sultan Mughyat Syah, Aceh mampu melepaskan diri dari Pidie dan mendirikan kerajaannya sendiri. Setelahnya kerajaan Aceh sangat terpengaruh dengan ditaklulkkannya Malaka oleh bangsa Portugis.
Kesultanan Aceh pada awal abad ke-16 mulai mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan kesultanan Aceh sendiri terlihat dari meluasnya daerah kekuasaannya dibawah kepemimpinan Ali Mughyat Syah yang berkuasa dari tahun 1515–1530.Â
Pada masa ini Aceh mampu mendapatkan kerjaaan-kerajaan pelabuhan yang berada di pesisir seperti Daya (1520), Pidie (1521), dan Samudera Pasai (1524).Â
Hal ini dilakukan Aceh dikarenakan daerah kekuasaanya pada awalnya terletak di pedalaman tepatnya di sekitar Sungai Aceh.Â
Dengan menguasai daerah pesisir diharapkan kerajaan Aceh mendapatkan keuntungan ekonomis dan politik di kawasan Sumatera dan Semanjung Malaya. Meski khusus untuk Pidie ada alasan agama karena Pidie bersahabat dengan Portugis yang tidak beragama Islam.
Pada tahun 1529 Kesultanan Aceh juga sempat merencanakan serangan kepada Portugis di Malaka, namun urung terjadi karena pemimpin mereka Ali Mughyat Syah wafat pada 1530. Takluknya kota Malaka dari Portugis selain membawa keuntungan ekonomi bagi Aceh juga mendapatkan pengaruh politk yang kuat terutama terhadap sesama negara Melayu karena menurunnya kekuasaan kerajaan Malaka secara tidak langsung pusat kebudayaan Melayu pindah ke Aceh yang mampu mengembangkan budaya Melayu selama 150 tahun setelahnya.
Pada abad ini Aceh memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan Islam di Timur Tengah seperti, Turki, Abysinia, dan Mesir. Adanya hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di Timur Tengah Aceh mendapatkan dukungan militer guna memerangi Portugis di Malaka.Â
Hal ini terlihat Ketika Aceh pada akhirnya berperang dengan Portugis pada tahun 1537, 1547, dan 1568 dalam ketiga perang tersebut selain ada tentara yang berasal dari kesultanan Aceh ada juga pasukan Turki dan juga dibantu dengan peralatan perang yang berupa meriam-meriam berukuran kecil dan besar.Â
Selain itu berperang melawan Portugis adanya keuntungan militer ini juga dimanfaatkan Aceh pada abad ini untuk memperluas wilayahnya dengan mengadakan penyerangan ke Aru pada tahun 1564 dan Perak pada tahun 1575.
Sementara itu hubungan politik Aceh dengan daerah di Sumatera lain khususnya daerah pesisir barat dibangun Ketika Sultan Alauddin Riayat Syah berhasil menguasai daerah Barus yang dipimpin oleh suami dari saudara perempuannya.Â