Langsung aku sudahi pembicaraan yang menyakitkan ini,,aku menangis seakan-akan aku ingin menjerit kepada dunia agar mereka tahu apa yang sedang aku alami,,,kamu orang yang aku anggap baik,sopan,dan mencintai aku,tapi juga mempermainkan hati aku,,
 Hari demi hari telah terlewati,sedikit demi sedikit menghapus kenangan bersamanya,,menghapus impian bersamanya,dan pada akhirnya aku sudah mulai bisa melupakannya,,meskipun tidak sepenuhnya bisa,tapi hati udah mulai membaik,,,keceriaan sudah mulai terlihat tapi suasana hati masih perih jika diingat-ingat kejadian itu,penyesalanku datang pertemuanku dengan maulana sangat aku sesali tapi aku tak berdaya,, untuk sedikit menghibur hatiku aku menganggap ini semua sudah ditakdirkan kepadaku,takdir yang membawaku dalam kehancuran tapi aku sangat yakin bahwa dibalik peristiwa ini ada sejuta kebaikan yang telah dipersiapkan untukku,sekarang aku baru sadar siapa seorang maulana yang aku kenal dengan segala kebaikannya,ternyata semua keburukannya tertutup baik-baik,dengan segala sekenario yang dimainkan olehnya,dan membuatku bermain sesuai dengan sekenario yang telah dibuatnya,aku terjerumus kedalam kegelapan masa depanku,aku selalu menyalahkan diriku sendiri disetiap penyesalan itu datang,,,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H