Mohon tunggu...
Harli Muin
Harli Muin Mohon Tunggu... Pengacara - Pemerhati Sosial

Saya mulai tertarik dengan masalah-masalah sosial, anti korupsi pembangunan, lingkungan hidup dan keamanan masyarakat, ketika saya masih kecil menyaksikan kampung di sulawesi tengah, terpencil, dimana saya lahir dan besar terkena banjir bandang dan saya menyaksikan bagaimana bencana itu menghancurkan semuanya dalam hitungan jam. Kehadiran sejumlah perusahaan HPH dan tambang menambah beban terhadap dampak yang disebabkan atas kemarahan alam itu. Kami kehilangan banyak sekali. Padahal kampung ini sebelumnya damai, tenteram jauh dari hiruk pikuk kota. Pilihan inilah yang kemudian menjadi karier saya dan menulis pesan damai yang berhubungan masalah-masalah tersebut di atas. Semoga kita bisa berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kujadian Dengannya

24 Mei 2020   20:06 Diperbarui: 24 Mei 2020   20:10 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 " Kamu bisa minta ke kedua gadis itu,yang sedang duduk didepan laptop itu. Lain kali bila kamu membutuhkan dokumen seperti ini, minta ke gadis itu saja. Dia baik kok" pinta lawyer senior ini kepadaku.

Masih diiringi rasa cemas dan kurang yakin, saya menoleh ke kedua gadis itu. Kedua gadis  berposisi saling berlawanan meja meeting di kantor itu. 

Pertama, saya menoleh kan waja kemeja gadis sebelah utara ruang itu, ia terlihat masih berumur sekitar 28 tahun, wajahnya oval, rambut panjang hitam sebahu, kulitnya putih bersih, berpostur sekitar 165 cm. Namun, saya lihat dari mimik wajahnya yang putih itu,  tak mengiyakan apa-apa atas permintaanku, tertunduk menatap tajam ke arah

Saya berpikir, tampaknya saya kesulitan memperoleh informasi yang saya butuhkan. Padahal, " informasi ini penting sebagai dasar argumentasi ku supaya meyakinkan, pikirku. 

Namun saya berupaya terus meyakikan dengan argumenku bahwa saya sangat membutuhkan dokumen itu, karena itu kataku,  dasar hukum Pilgub  dan Pilgub.  Namun, gadis cantik itu, tak menjawab apapun, terdiam bisu, Saya pikir mungkin dia lagi mendapat tugas serius. 

Lalu saya memalingkan wajah ke arah selatan, disana ada gadis cantik, berkulit putih, bening dengan lipstik yang merah jambu. Namun, gadis yang kedua saya hubungi, pendek dari yang pertama, namun kulitnya lebih bening yang pertama tadi. Kelihatannya lebih respect dan lebih cerdas menceritakan keadaan bagaimana politik uang dan agama dalam pemilu terdahulu.  

Namun saya tak terlalu menghiraukan apa yang iya ceritakan, tapi   tertarik melihat wajahnya persegi lonjong dan lesung pipihnya sesekali digerakkan. Saya mulai berpikir lain, tentang  sexy-nya gadis ini, saya menatap wajahnya terus, tetapi gadis ini  menundukkan wajahnya ke bawah, sebuah isyarat lain dari apa yang rasakan. Hati kecilku dan jantungku berdetak kagum melihatnya. Mungkin ini isyarat saya jatuh hati padanya.

Lalu, semari memperhatikan kata demi kata keluar dari bibirnya,  saya juga terdesak waktu, lalu  bertanya, ke gadis cantik itu, 

" Apakah saya  dapat memperoleh dokumen UU No.8/2015", tanyaku

Kemudian gadis cantik ini bertanya kembali, "untuk apa pak? " nada balasannya..

"Untuk melihat beberapa pasal perselisihan Pilgub, "ada bagian saya butuhkan" , jawabku dengan pelan dan sopan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun