Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Harapan dalam Impitan Makan Tabungan

18 Juli 2024   00:12 Diperbarui: 18 Juli 2024   08:01 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rekening tabungan. (Shutterstock/Eggeegg via Kompas.com)

Beberapa bulan terakhir ini, keluhan masyarakat mengenai fenomena makan tabungan terus bermunculan. Wajar jika mereka resah, mengingat kondisi tersebut jika berkelanjutan akan mengakibatkan perekonomian makin susah.

Tidak mustahil, ketika tabungan habis, sedangkan kebutuhan tetap harus dipenuhi, langkah mengambil pinjaman akan diambil. Persoalan baru pun bisa muncul, lilitan utang, apalagi jika itu pinjaman online yang sarat masalah.

Gejala Makan Tabungan

Melihat hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) Juni 2024, porsi konsumsi terhadap pendapatan meningkat. Sebaliknya, porsi tabungan terhadap pendapatan menurun. 

Dari situlah muncul kesimpulan terjadinya kenaikan pengeluaran, tidak diimbangi penambahan pemasukan, malah dibarengi penggerusan simpanan, alias makan tabungan.

Selain itu, daya beli masyarakat nampak melemah. Kondisi tersebut ditandai dengan deflasi Juni yang lebih dalam dari Mei, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Banyak faktor yang menyebabkan pilihan menguras tabungan, salah satunya ialah tingginya harga komoditas pokok. Peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan sangat dominan, sesuai catatan BPS.

Tantangan Mendatang

Dengan semakin minimnya simpanan dana masyarakat, maka akan mengaburkan perencanaan masa depan mereka. Kita sudah jamak mendengar bagaimana beratnya sebagian generasi milenial dan Z memenuhi kebutuhan pokok papan atau tempat tinggal permanen. Pendapatan mereka sulit mengejar harga rumah yang terus menanjak. 

Belum lagi, sebagian dari mereka merupakan generasi sandwich, generasi yang masih bertanggung jawab menghidupi orang tua, diri sendiri, sekaligus keluarganya.

Selain itu, tantangan juga bisa datang dari kebijakan pemerintah. Pada 2025, pemerintah akan menaikkan pajak pertambahan nilai dari 11 persen menjadi 12. Dampak dari kenaikan tersebut bisa memicu biaya hidup yang mahal.

Apabila kondisi saat ini belum berubah, kebijakan dimaksud dapat semakin membebani rakyat. Kenaikan pajak tentunya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan negara. Namun, periode kenaikan idealnya diimbangi dengan kesiapan masyarakat, atau saat momentum yang tepat.

Tantangan politik pun bisa berpengaruh pada perekonomian mendatang. Indonesia akan menjalankan transisi kepemimpinan pada Oktober Tahun ini. Peralihan itu diharapkan berjalan dengan lancar tanpa ada gejolak pememicu instabilitas nasional. Ketidakstabilan politik berpengaruh negatif pada perekonomian nasional. 

Lesunya daya beli, jika berkelanjutan, berpotensi melemahkan kondisi ekonomi secara umum. Dunia usaha akan lesu sehingga pengusaha akan menahan ekspansi bisnisnya. Mereka bisa jadi malah melakukan efisiensi tenaga kerja. Akibatnya, peluang lapangan kerja menyempit dan permasalahan pengangguran tidak terselesaikan.

Harapan Tersimpan

Di tengah impitan makan tabungan, masih tersimpan harapan. Data BPS menunjukkan, Indonesia sebenarnya masih mengalami pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun ini. 

Jika trend pertumbuhan ekonomi berlanjut, perekonomian akan lebih bergairah. Dunia usaha akan bangkit, berekspansi dengan membuka lapangan kerja luas, dan harapannya, mendongkrak pendapatan masyarakat.

BPS juga mencatat jumlah penduduk miskin dalam satu dekade ini telah berkurang. Sama halnya, tingkat ketimpangan juga terus menurun. Minimnya tingkat ketimpangan dapat meminimalisir risiko persoalan sosial. Jadi, pencapaian itu membuktikan, negeri ini tidak sepenuhnya dirundung kemuraman.

Satu lagi, aspek sumber daya manusia, Indonesia sedang memasuki periode melimpahnya penduduk usia produktif, ketika banyak negara sedang bergelut dengan aging population.

Limpahan itu dapat menjadi bonus ketika dikelola dengan baik, melalui peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan, dan penyediaan kesempatan kerja. Sebaliknya, apabila pengelolaannya gagal, yang terjadi justru penumpukan pengangguran.

Bonus demografi menjadi modal pencapaian cita-cita Indonesia sebagai negara produsen. Bukan lagi, negara yang hanya menjadi tujuan pasar negara lain. 

Dengan menjadi negara produsen, Indonesia akan memiliki posisi tawar yang kuat, termasuk peran yang lebih besar dalam melakukan kontrol ekonominya, sehingga tidak mudah dikendalikan negara lain. Kondisi itu tentu akan sejalan dengan peningkatan mesejahteraan rakyat.

Pelindungan Diri

Jika diamati, fenomena makan tabungan dari histori data BI sebetulnya fenomena musiman. Pada periode tertentu kondisi itu akan berubah, masyarakat dapat kembali menikmati surplus penghasilan.

Kapan kondisi akan membaik, hal demikian di luar jangkauan masyarakat. Atas dasar itu, ada baiknya setiap individu mengupayakan proteksi diri. 

Memang, dalam kondisi tertentu, makan tabungan tidak bisa dihindari, misalnya ketika kebutuhan pokok mendesak mesti dipenuhi. Akan tetapi, jika masih ada kesempatan menahan pembelanjaan tersier, maka langkah itu sebaiknya diambil. 

Masyarakat untuk sementara dapat mulai membiasakan pembelanjaan sesuai kebutuhan. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak terlalu dibutuhkan, meskipun nominalnya kecil, sebaiknya ditahan. 

Godaan hedonisme, khususnya bagi generasi muda, sebisa mungkin dilawan. Bagaimanapun, mereka harus mempersiapkan masa depannya, dari sekarang, dalam kondisi simpan atau makan tabungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun