Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Harapan dalam Himpitan Makan Tabungan

18 Juli 2024   00:12 Diperbarui: 18 Juli 2024   00:20 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Apabila kondisi saat ini belum berubah, kebijakan dimaksud dapat semakin membebani rakyat. Kenaikan pajak tentunya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan negara. Namun, periode kenaikan idealnya diimbangi dengan kesiapan masyarakat, atau saat momentum yang tepat.

Tantangan politik pun bisa berpengaruh pada perekonomian mendatang. Indonesia akan menjalankan transisi kepemimpinan pada Oktober Tahun ini. Peralihan itu diharapkan berjalan dengan lancar tanpa ada gejolak pememicu instabilitas nasional. Ketidakstabilan politik berpengaruh negatif pada perekonomian nasional.  

Lesunya daya beli, jika berkelanjutan, berpotensi melemahkan kondisi ekonomi secara umum. Dunia usaha akan lesu sehingga pengusaha akan menahan ekspansi bisnisnya. Mereka bisa jadi malah melakukan efisiensi tenaga kerja. Akibatnya, peluang lapangan kerja menyempit dan permasalahan pengangguran tidak terselesaikan.

Harapan Tersimpan

Di tengah himpitan makan tabungan, masih tersimpan harapan. Data BPS menunjukkan, Indonesia sebenarnya masih mengalami pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun ini. 

Jika trend pertumbuhan ekonomi berlanjut, perekonomian akan lebih bergairah. Dunia usaha akan bangkit, berkespansi dengan membuka lapangan kerja luas, dan harapannya, mendongkrak pendapatan masyarakat.

BPS juga mencatat jumlah penduduk miskin dalam satu dekade ini telah berkurang. Sama halnya, tingkat ketimpangan juga terus menurun. Minimnya tingkat ketimpangan dapat meminimalisir risiko persoalan sosial. Jadi, pencapaian itu membuktikan, negeri ini tidak sepenuhnya dirundung kemuraman.

Satu lagi, aspek sumber daya manusia, Indonesia sedang memasuki periode melimpahnya penduduk usia produktif, ketika banyak negara sedang bergelut dengan aging population.

Limpahan itu dapat menjadi bonus ketika dikelola dengan baik, melalui peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan, dan penyediaan kesempatan kerja. Sebaliknya, apabila pengelolaannya gagal, yang terjadi justru penumpukan pengangguran.

Bonus demografi menjadi modal pencapaian cita-cita Indonesia sebagai negara produsen. Bukan lagi, negara yang hanya menjadi tujuan pasar negara lain. 

Dengan menjadi negara produsen, Indonesia akan memiliki posisi tawar yang kuat, termasuk peran yang lebih besar dalam melakukan kontrol ekonominya, sehingga tidak mudah dikendalikan negara lain. Kondisi itu tentu akan sejalan dengan peningkatan mesejahteraan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun