Terkait potensi pemborosan ketika pembayaran dilakukan secara nir-fisik, sebetulnya ketika transaksi dilakukan secara digital, masyarakat lebih mudah memantau saldo mereka melalui aplikasi. Dengan pembiasaan, secara bertahap pemanfaatan teknologi semacam itu justru membantu mereka mengendalikan pengeluarannya.Â
Kebutuhan Kemudahan
"Banking is necessary, but banks are not," ucapan itu berasal dari Bill Gates, pendiri Microsoft, 3 dekade yang lalu.
Kembali pada isu mulai berkurangnya mesin ATM dan kantor bank, kondisi tersebut memang sudah diprediksi sejak lama. Sebagaimana lazimnya perubahan, hal baru yang menjawab kebutuhan manusia tentu akan lebih dipilih. Kebutuhan dimaksud lazimnya mengarah pada adanya kemudahan.Â
Pergeseran kecenderungan gaya hidup dari transaksi tunai ke transaksi digital, rasanya sulit untuk ditahan. Masyarakat yang sudah nyaman dengan kemudahan teknologi itu bakal enggan kembali pada cara-cara lama.Â
Keberlanjutan PerubahanÂ
Dulu, ketika mesin ATM muncul, aktivitas penarikan uang di bank berkurang. Begitupun ketika aktivitas transaksi cukup dengan gawai, penarikan uang melalui mesin ATM menurun, jumlah mesin ATM pun mulai menyusut. Entah ke depan, perubahan apalagi yang akan terjadi.Â
Yang jelas, setiap perubahan ada konsekuensinya. Tidak ada yang salah dengan rangkaian peristiwa itu. Transisi dari tunai ke non-tunai akan terus berlanjut, dengan segala tantangan yang tersisa.
Bagi mereka yang masih bertahan dengan transaksi konvensional, instrumennya masih disediakan. Sembari, sebagian yang mampu dan bersedia, dapat beradaptasi terhadap perubahan yang ada.
Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan berkurangnya mesin ATM. Itu sekedar rangkaian keberlanjutan perubahan. Perubahan bisa terjadi karena masyarakat menerima pembaharuan kenyamanan, yakni transaksi digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H