Jelaslah, fitur itu yang akan mendekatkan Rupiah Digital dengan masyarakat dan mendorong pemerataan pemanfaatannya. Lalu, mengenai bentuk offline-nya seperti apa, saat ini BI sedang merancangnya.
Mengutip survei BIS, mayoritas bank sentral membutuhkan CBDC untuk mendukung inklusi, dengan kata lain CBDC dapat digunakan seluruh lapisan sosial. Jadi, inklusinya tidak lagi hanya sebatas keuangan, tetapi juga inklusi sosial dan digital. Contohnya, ketika individu tidak memiliki akses pembayaran menggunakan smartphone, alternatif harus tersedia.
Di samping fitur offline, agar CBDC Indonesia diterima masyarakat maka akan ada pula penyamaan fitur dengan Rupiah kertas dan logam. Salah satunya adalah fitur pengamanan, mengingat fitur tersebutlah yang bakal menguatkan kepercayaan masyarakat dalam penggunaan Rupiah Digital. Sedikit berbeda dengan uang fisik, pengamanan yang dikembangkan utamanya adalah keamanan siber dan perlindungan data pribadi.
Terakhir, kebermanfaatan Rupiah Digital akan terwujud jika ada dorongan dua sisi yang mempertemukan antara kebutuhan masyarakat dengan ketersediaan alat pembayarannya.Â
Dari sisi masyarakat berupa literasi yang memperkenalkan sekaligus mendorong pemanfaatan Rupiah Digital. Dari alat pembayarannya, penyesuaian desain Rupiah Digital yang benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat.
Satoshi, Pendobrak Tiga Abad
Sosoknya menyisakan misteri, Satoshi Nakamoto, tidak jelas siapa dan dari mana dia. Yang jelas, sumbangsih pemikirannya berjudul "Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System" menjadi tonggak sejarah lahirnya cryptocurrency.
Kripto seakan-akan menciptakan dunia ekonomi bayangan. Di situ ada mata uang digital tanpa kendali bank sentral (shadow central bank), tanpa peran perbankan (shadow bank), dan bahkan, tanpa identitas tapi bisa lintas batas (anonymous-borderless).
Meskipun bukan satu-satunya pemicu, fenomena itu cukup membangkitkan kesadaran bank-bank sentral untuk bergerak agresif, menghasilkan kebijakan yang adaptif dengan tuntutan digital. Respon serempak mereka pun adalah menciptakan CBDC.
Dan, CBDC pun menjelma menjadi sebuah game changer perekonomian dunia. Bagaimana tidak? Instrumen uang terakhir, berupa uang kertas bank sentral, diperkenalkan tahun 1661 di Swedia. Selama tiga abad lebih, alat pembayaran bertahan dengan uang kertas dan logam.
Merakyatnya Rupiah Digital bukan lagi keharusan tetapi sudah kebutuhan. Sebagai alat ekonomi utama, uang Rupiah dalam berbagai bentuknya layaknya aliran darah yang menghidupkan perekonomian. Ketika tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka matilah perekonomian.