Pertama, interkoneksi pembayaran menggunakan QR code lintas negara antara Indonesia dengan Thailand dan Malaysia, serta menyusul Singapura. Hasilnya, transaksi memanfaatkan QRIS bisa dilakukan di negara-negara mitra tersebut.
Kedua, kerjasama penggunaan mata uang lokal (local currency transaction) antara Indonesia dengan Thailand dan Malaysia. Dengan kesepakatan itu, maka konversi kurs mata uang dengan negara mitra lebih murah.
Ketiga, BI dan beberapa bank sentral anggota ASEAN bekerjasama dengan Bank for International Settlement sedang menjajaki penerapan transfer lintas negara memanfaatkan teknologi fast payment (Proyek Nexus). Tujuan proyek tersebut ialah menyediakan layanan transfer antarnegara yang real-time dan  berbiaya rendah. Kurang lebih mirip layanan transfer BI Fast di Indonesia.
Di luar kerjasama kawasan ASEAN, Indonesia malah telah memperluas kerjasama dengan negara lainnya, yang merupakan mitra dagang strategis. Seperti, China dan Jepang terkait pemanfaatan local currency.
Kuat dengan Konektivitas Â
Tidak berlebihan jika dikatakan konektivitas pembayaran sudah menjadi keniscayaan. Pergolakan negara-negara lain terbukti dampaknya cukup menular (contagious).Â
Indonesia dan banyak Negara lainnya tentunya tidak bisa turut campur atau menghentikan pergolakan tersebut. Jadi, tindakan relistis yang mampu dilakukan adalah mengupayakan peningkatan proteksi negara kita.
Melalui konektivitas pembayaran itulah setidaknya Indonesia dan negara mitra sudah bisa mempertebal proteksi, sshingga mengurangi risiko penularan.Â
Konektivitas akan menciptakan efisiensi dan meningkatkan kemandirian ekonomi. Pada akhirnya, menghasilkan daya tahan tinggi (resiliensi) terhadap gempuran tantangan global, kapanpun dan dalam bentuk apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H