Keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 merupakan momentum tepat untuk mendorong percepatan konektivitas sistem pembayaran di kawasan ASEAN.
Tahapan awal penguatan konektivitas di lingkup kawasan tersebut sudah tepat. Alasannya, adanya koneksi sektor ekonomi yang sudah dibangun sejak lama melalui ASEAN. Misalnya, keberadaan Masyarakat Ekonomi ASEAN sejak 2003.Â
Selain itu, sudah ada pengenalan karakter antarnegara anggota yang nantinya memperlancar implementasi kerjasama.
Respon anggota ASEAN untuk mendukung konektivitas pun telah seragam. Diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama Konektivitas Pembayaran antara 5 bank sentral yaitu Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina (ASEAN-5) pada KTT G20 November 2022. Terakhir, Vietnam bergabung pada Agustus lalu.
Ada juga, penandatanganan Declaration on Advancing Regional Payment Connectivity and Promoting Local Currency Transaction oleh seluruh anggota saat perhelatan ASEAN Summit 2023.
Potensi Koneksi
Urgensi konektivitas sistem pembayaran di kawasan ASEAN memang tinggi. Faktor pendorong utamanya adalah kebutuhan pemulihan ekonomi pasca pandemi, di tengah ketidakpastian geopolitik yang berpotensi mengganggu aktivitas perekonomian kawasan.
Kita lihat kekuatan ekonomi ASEAN. Pada 2022, organisasi tersebut berhasil mencatatkan banyak pencapaian gemilang, diantaranya Gross Domestic Product (GDP) sebesar USD3,6T atau 3,6% dari GDP global, nilai perdagangan sebesar USD3,8T, dan investasi sebesar USD224,2M.
Dengan adanya konektivitas sistem pembayaran, maka raihan dimaksud diharapkan meningkat. Kekuatan ekonomi kawasan pun akan terjaga serta berdaya saing tinggi.
Implementasi Koneksi
Langkah konektivitas sudah banyak nampak. Sepertihalnya yang telah dan sedang dilakukan oleh Indonesia melalui Bank Indonesia (BI).