Fitur QRIS yang menawarkan cara pembayaran yang cepat dan mudah memperoleh antusiasme tinggi dari masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan rilis Bank Indonesia terakhir yang mencatat, nominal transaksi QRIS bulan Juli 2023 telah menembus Rp18,01T, dengan pertumbuhan yang pesat yaitu 84,50% dibandingkan Juli tahun lalu.
Data pertumbuhan tersebut juga dapat menjadi indikator makin terbiasanya masyarakat menggunakan QRIS. Di era digital saat ini memang kecepatan dan kemudahan merupakan tuntutan utama orang yang tidak bisa ditawar lagi.
Terbiasanya kenyamanan penggunaan instrumen pembayaran tersebut memang memanjakan penggunanya. Namun demikian, karena sudah terbiasanya dengan kenyaman itu, terkadang membuat penggunanya lengah atau kurang cermat saat melakukan transaksi.
Sebut saja, karena sudah terbiasanya membayar dan menerima uang kertas selama bertahun-tahun, seberapa seringkah kita mengecek keaslian uang yang kita pegang itu? Bahkan melalui cara yang sederhana sekalipun, yaitu dengan melihat, meraba, dan menerawang uang. Mungkin sudah tidak pernah lagi.
Samahalnya dengan makin terbiasanya kita menggunakan QRIS, lama kelamaan bisa jadi kita, sebagai pelanggan atau pedagang, mungkin sebatas melakukan scan saja dan menganggap transaksi selesai.
Cermat dalam Bertransaksi
Pada prinsipnya, seluruh aktivitas transaksi tetap menuntut kehati-hatian dari para pelakunya. Misalnya, saat pembayaran tunai, pedagang semestinya memastikan uang yang ia terima sudah benar sesuai nilai barang dan lebih penting lagi, keaslian uangnya.
Begitupun saat bertransaksi menggunakan QRIS, pihak pelanggan maupun penerima mesti cermat sebelum memproses transaksi. Mengingat sebentar yang sempat viral, beberapa bulan lalu sempat heboh adanya penyalahgunaan QRIS di beberapa masjid. Tahun lalu juga pernah muncul video mengenai modus penipuan QRIS menggunakan bukti bayar palsu. Â Â Â
Memang 2 contoh kasus tersebut tidak terdengar lagi sekarang, tetapi bukan berarti tidak ada lagi. Kemungkinan pihak-pihak tertentu melakukan coba-coba masih bisa, atau malah menciptakan modus baru. Atas dasar itu, langkah sederhana meningkatkan kecermatan dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kejahatan. Â
Ketepatan Identitas Penerima
Pelanggan perlu memastikan ketepatan identitas merchant (pedagang) atau penerima pembayaran sebelum pengalihan dana dilakukan. Ketepatan itu dapat dilihat dari nama yang tercantum di aplikasi pembayaran, apakah sudah sesuai dengan nama merchant. Misalnya, nama merchant cafe Sedap, maka di aplikasi juga seharusnya muncul nama cafe Sedap.
Hal penting lainnya, pengecekan nama merchant tidak cukup hanya yang tercantum di print QRIS yang akan pelanggan scan, tetapi juga nama merchant yang mungkin terpampang di dinding toko, pintu, atau apapun, atau langsung bertanya kepada kasir. Â
Hal itu penting, belajar dari kasus penyalahgunaan QRIS masjid, nama yang tercantum di aplikasi dan di print QRIS sudah sama. Hanya saja, itu bukan QRIS milik masjid tempat ditempelkannya QRIS.
Lalu, jika ditemui nama yang tidak persis, misalnya, merchant yang dituju adalah caf Sedap tetapi di aplikasi namanya Rumah Makan Enak, pelanggan harus melakukan klarifikasi kepada merchant sebelum melakukan pembayaran.
Kondisi itu mungkin terjadi karena merchant sudah ganti nama tokonya tetapi belum lapor kepada penyedia jasa pembayaran. Atau, merchant meminjam QRIS merchant lainnya. Mungkin juga, pilihan nama saat merchant mendaftarkan QRISnya. Apapun itu, untuk memastikannya, pelanggan harus menanyakannya ke merchant.
Apabila tidak ada pihak yang dapat dikonfirmasi saat terdapat perbedaan identitas tersebut, maka sebaiknya pembayaran dilakukan dengan cara lain, seperti menggunakan kartu atau tunai. Â Â Â
Pembelajaran dari kasus QRIS Masjid, nama yang muncul pada aplikasi adalah Restorasi Masjid. Nama yang sama sekali tidak terkait dengan masjid tempat print QRIS ditaruh. Jika ditemui lagi hal serupa, sebaiknya donatur memasukkan donasinya ke kotak amal resmi atau transfer ke rekening masjid. Â
Pengecekan Keberhasilan Transaksi
Dari sisi merchant, kecermatan juga diperlukan. Perilaku yang terkadang masih saya jumpai adalah merchant sekilas saja melihat bukti pembayaran yang disodorkan pelanggan dari screen HP.
Kondisi itu biasanya terjadi pada merchant yang sudah kenal baik dengan pembelinya (pelanggan tetap) atau merchant yang sangat sibuk melayani banyak pembeli. Sayangnya, kondisi tersebut bisa menjadi titik lemah yang dimanfaatkan pelaku kejahatan, misalnya menunjukkan bukti pembayaran palsu. Oleh karenanya, ada beberapa hal yang perlu dicermati merchant.
Pertama, melihat bukti pembayaran secara seksama, tidak hanya sekilas. Hal itu perlu dilakukan untuk memastikan ketepatan merchant tujuan dan kebenaran nominal uang yang dimasukkan pelanggan.
Kedua, sebenarnya, pengecekan keberhasilan transaksi bisa dilakukan melalui notifikasi yang masuk ke nomor ponsel yang didaftarkan merchant. Namun, terkadang kasir merchant tidak memegang ponsel tersebut, sehingga tidak dapat memonitor notifikasi.
Akhirnya, pengecekan secara manual itulah yang harus dilakukan. Untuk mendokumentasikan bukti pembayaran, sementara petugas merchant mem-foto bukti tersebut.
Ketiga, terkait nominal pembayaran, ada jenis QRIS yang dapat langsung menampilkan nominal pembayaran sehingga pelanggan tidak perlu menginputnya. Itulah yang disebut QRIS Dinamis tetapi biasanya digunakan oleh usaha menengah dan besar.
Adapun QRIS yang umum dimanfaatkan oleh usaha kecil dan mikro adalah jenis QRIS Statis. QRIS dimaksudlah yang masih memerlukan penginputan dari pelanggan. Dengan demikian, potensi salah input-pun dimungkinkan. Â
Itulah penjelasan singkat mengenai pentingnya kecermatan bertransaksi saat menggunakan instrumen pembayaran yang cepat, seperti QRIS ini. Dengan kecermatan tersebut, diharapkan transaksi berjalan dengan lancar tanpa persoalan. Tentunya, kita tidak berharap kenyamanan bertransaksi berubah menjadi kerunyaman. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H