Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keping Senja

19 September 2018   20:19 Diperbarui: 19 September 2018   20:25 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja bisa membuat orang jadi puitis || Sumber gambar : Detikdotcom

Aku menyusuri senja yang tampaknya enggan tersenyum

Senja yang angkuh dalam benak batinku

Aku berjalan tertatih memegang dadaku

Yang terlanjur luka dan sesak

Jika nyatanya tak mampu dan kuat unutk menahannya keping hatiku

tercecer jatuh sedikit demi sedikit

Keping hatiku berserakan jatuh bak daun kering yang pergi

Meninggalkan rantingnya di hijaunya rumput sore itu

Adakah yang memiliki perekat?, tolong aku.

Hatiku tercecer.

Tak ada  yang peduli

Semua diam sambil memandangku yang tengah kesakitan.

Seperti itu dan seterusnya kejadian terulang hingga beberapa kali.

Aku butuh perekat, kau punya perekat?

Tanyaku pada perempuan yang sedang sibuk bermain dengan jemarinya

Perempuan tersebut lantas bertanya kepadaku  untuk apa?

Untuk merekatkan hatiku yang telah patah

Aku butuh perekat yang super kuat agar hatiku tak lagi retak

Tanpa berpikir panjang, perempuan itu memberikan hatinya untukku

Ya memang murni sebuah hati, bukan perekat seperti yang aku pinta

Hei, kau gila? Aku hanya butuh perekat. Mengapa kau malah memberiku seluruh hatimu? tanyaku keheranan.

Kau itu bukan butuh sebuah perekat

Namun kau butuh hati baru untik mengobati hatimu.

Percayalah, kau lebih membutuhkan ini, jawab perempuan tersebut

sambil menyodorkan sebuah hati merah pekat.

Aku pun merasakan hal yang sama

Diriku diam terpaku

Dan tak mampu berucap sepatah kata pun.

Memang benar,

Aku membutuhkan hatimu yang baru

Bukan sebuah perekat

Karena kini mengerti

Bahwa perekat hanya penyembuh sementara

Pada luka yang tergores terlalu dalam

Biarlah aku berandai

Untuk hal yang seindah itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun