Mohon tunggu...
Haris Boritnaban
Haris Boritnaban Mohon Tunggu... Penulis - Pelayan

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ketika Cinta Buta: Membongkar Mitos dan Risiko Hubungan Toxic dalam Kehidupan Kita

10 Juni 2024   08:06 Diperbarui: 10 Juni 2024   08:10 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Toxic Relationship' mengacu kepada suatu hubungan yang tidak sehat atau merugikan orang lain. 

Dari sudut pandang Allah, persoalan hubungan adalah hal serius yang tidak bisa disepelekan. 

Namun, ironisnya, kita hidup ditengah budaya yang menganggap hubungan bukan hal serius yang perlu dipersiapkan dengan matang. 

Menurut Clayton, "kita melakukan latihan bercerai melalui siklus berulang kencan dan putus." 

Nah, hal ini menunjukan, banyak orang tidak benar-benar mempersiapkan suatu hubungan dengan matang, mereka hanya main-main dalam urusan hubungan.

Kembali ke pembahasan kita, hubungan  yang toxic memiliki banyak ciri. Namun saya hanya menjabarkan empat ciri.

Pertama, hubungan yang toxic cenderung melihat pasangan dari sisi fisik. Maksudnya, kecantikan dan kegantengan menjadi dasar atau standar primer (utama) dalam menentukan pilihan. 

Dalam kejadian 6:2 tertulis, "maka anak-anak Allah melihat anak perempuan manusia itu cantik-cantik..." Pesannya jelas, kriteria memilih pasangan cenderung melihat fisik. 

Saya sering mendengar dan menyaksikan muda-mudi membeberkan daftar kriteria nomor satu dalam urusan memilih pasangan adalah faktor fisik. 

Hal ini terlihat saat berkencan, pasangan yang berkencan akan merias diri sedemikian rupa agar kelihatan menarik pasangannya. 

Saya menebak, mungkin pembaca pernah mengalami momen semacam itu. Hehehe...

Kedua, hubungan yang toxic cenderung tidak selektif dalam memilih pasangan. Alkitab menyebutnya "memilih siapa saja yang disukai" (Kejadian 6:2). 

Bukankah budaya kita demikian? Clayton dan Charie King menjelaskan demikian, "seandainya ada satu bidang dalam kehidupan di mana kita mau memiliki kebebasan dan otonomi penuh, maka itu adalah bidang cinta dan hubungan." 

Lanjut mereka menambahkan, "betapa beraninya Tuhan turut campur tangan dalam hubungan kita."

Bayangkan untuk urusan cinta, Anda menyingkirkan Tuhan. Padahal Alkitab memperingatkan, dalam urusan apa pun mestinya melibatkan Tuhan. 

Bahkan, Allah menentang orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri. Pengkhotbah mengatakan, "menuruti keinginan hati, membuat kita akan dituntut oleh Allah" ( Pengkhotbah 11:9).

Ketiga, hubungan yang toxic tidak mempersoalkan atau memperkarakan latar belakang kepercayaan atau agama. 

Dalam Alkitab, bangsa Israel dilarang keras untuk kawin dengan yang non Israel. 

Alasannya karena perkawinan silang akan mencondongkan hati Israel kepada allah lain. 

Perkawinan campur akan menjadi jerat bagi Israel sendiri, sehingga mereka berlaku tidak setia kepada Allah. 

Dalam sejarah perjalanan bangsa Israel, penyembahan berhala menjadi semacam pertunjukan yang dilakoni bangsa ini sehingga membuat Allah murka. 

Saya sering mendengar ungkapan, "proses perkawinan akan mengubah keputusan pasangan kita yang tidak seiman berbalik mengikuti iman pasangannya." 

Bagi saya, ada sedikit kebenaran dalam ungkapan ini. Jika, proses hubungan bisa mengubah keputusan pasangan kita untuk berbalik mengikuti kepercayaan yang kita anut, maka Allah tidak melarang perkawinan silang. 

Faktanya Salomo seorang raja yang berhikmat berbalik menyembah allah lain, allah isteri-isterinya. Alkitab menarasikannya demikian,

1 Raja-raja 11:1-6 (TB)  Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het,
padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.  
Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.

Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.

Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon,
dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya.

Empat, hubungan yang toxic adalah membangun komitmen hubungan dengan pasangan yang "tidak se-frekwensi." 

Maksudnya, hubungan yang tidak se-frekwensi bisa berlaku bagi pasangan Kristen dan yang non Kristen. 

Apa maksudnya? Terkait dengan membangun hubungan dengan pasangan yang non Kristen sudah diuraikan pada bagian ketiga pembahasan diatas. 

Nah, sekarang bagaimana dengan pasangan yang seiman? Alkitab menggunakan istilah "anak-anak Allah dan anak-anak manusia." 

Apa maksudnya? Kalau mencermati kejadian 6:2, maksud anak-anak Allah disitu lebih merujuk ke keturunan Henokh yang takut Tuhan. 

Sementara anak-anak manusia merujuk ke keturunan kain yang tidak takut Tuhan. Dalam Roma 8:14 dijelaskan "orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah." 

Ketika terjadi perkawinan antara anak-anak Allah dan anak-anak manusia, maka, "Roh Allah tidak selama-lamanya tinggal didalam manusia."

Disisi lain, hubungan yang tidak se-frekwensi disini, merujuk kepada pasangan yang satunya cinta Tuhan, sementara yang satunya tidak. Hubungan semacam ini toxic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun