Mohon tunggu...
Hariman A. Pattianakotta
Hariman A. Pattianakotta Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penyuka musik

Bekerja sebagai Pendeta dan pengajar di UK. Maranatha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Politik Penyangkalan Vs Politik Pengakuan

16 Februari 2022   14:10 Diperbarui: 16 Februari 2022   17:45 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik penyangkalan itu tidak manusiawi. Semanis dan sehalus apa pun ia dikemas, upaya mengeksklusi yang lain itu sama dengan menghina diri sendiri, menghina citra kemanusiaan universal, dan menghina Tuhan, selaku Pencipta dan Pemilik kehidupan.

Ajaran agama apapun, menurut saya, bertentangan dengan politik penyangkalan. Islam mengajarkan setiap umatnya untuk menjadi rahmat, rahmatan lilalamin, bagi yang lain. Kristen mengajarkan umatnya untuk mengasihi tulus orang yang berbeda, bahkan diminta untuk mendoakan dan memberkati orang yang memusuhinya. Demikian juga dengan agama-agama yang lain, selalu mengajarkan umatnya untuk berbuat baik dan berlaku benar demi kemanusiaan dan kehidupan.

Agama yang benar tidak mengajarkan politik penyangkalan. Dengan kata lain, politik penyangkalan itu bertolak belakang, baik dengan kemanusiaan universal maupun dengan ajaran-ajaran agama.

Kita hanya memiliki satu pilihan untuk rekonsiliasi dan hidup yang manusiawi, yakni politik pengakuan. Dengan politik pengakuan ini, manusia bisa saling merangkul, saling mendengar, saling menjaga, dan saling menghidupi di dalam perbedaan. Ini cara terbaik untuk menyatakan apa yang orang Maluku sebut, "katong samua basudara," kita semua bersaudara; dan karena itu kita semua baku sayang dan baku rangkul, kita semua saling menyayangi dan saling merangkul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun