Sayangnya, TPKÂ tidak ditetapkan sebagai salah satu kebijakan nasional untuk mengobati pasien Covid-19. Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan di tengah maraknya bisnis alat-alat medis, tender APD, serta bisnis rapid test dan swab.
Akan tetapi, dokter yang penyuka seni ini tidak kehilangan semangat untuk memperkenalkan TPK pada masyarakat. Hal ini didorong oleh panggilannya sebagai seorang dokter untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas atau kematian.Â
Baginya time is life. Karena itu, ia mengajak banyak pihak untuk berpacu dengan waktu mengatasi Covid-19. Ia gigih memperjuangkan keyakinan dan hasil studinya tentang TPK demi kemanusiaan, bukan untuk keuntungan.
Sampai-sampai ia harus menyurati Presiden Joko Widodo. Sebab, ada pihak-pihak tertentu yang berupaya mencekal TPK karena tidak menguntungkan secara bisnis.Â
Padahal, terapi ini dapat dipakai untuk menyelamatkan nyawa manusia sampai ditemukannya vaksin. Bukan hoaks kalung anti Covid-19 atau vaksin-vaksinan. Â Dan, TPK itu sudah terbukti lebih banyak menyelamatkan.
Dr. Theresia Monica Rahardjo, dr., Sp.An., KIC., M.Si., MM., MARS. Itulah nama dan gelar dokter yang gigih memperjuangkan kesehatan pasien Covid-19 melalui TPK. Gelarnya yang terbilang panjang itu menjadi bukti bahwa ia sosok yang kapable dan credible secara akademik. Pengalaman juga memperlihatkan bahwa ia adalah seorang dokter yang sungguh peduli dengan pasien. Pejuang kemanusiaan dalam bidang medis ini dapat kita panggil: "Dok Mo".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H