Mengukur Profesionalitas itu bagaimana sih? Apakah indikatornya hanya mempertimbangkan soal kesanggupan mengerjakan pekerjaan dengan benar plus pelaporan kinerja/pertanggung-jawaban yang transparan, dan keduanya harus tidak memiliki cela kesalahan.
Jika memang iya seperti itu, tentu saja mengerjakannya, sangat sulit sekali-kan? Karena kita  harus berjuang keras pula memaksimalkan waktu sesingkat mungkin untuk menggenapi istilah profesionalitas yang kita maksud tadi.
Artinya, kita bisa saja menafsirkan jika istilah Profesional itu ya hanya merujuk bagaimana kita bisa menghargai waktu semaksimal mungkin dalam mengerjakan tugas dan hasilnya bisa mendekati titik kesempurnaan.
Sebagai contoh kecil saja dalam harian kita, pastilah kita pernah dihadapkan pada kegiatan penyediaan keperluan dapur bulanan di pasar-swalayan dalam rangka pemenuhan kebutuhan harian kita. Salah dalam kalkulasi, baik kualitas dan kuantitas barang, kita bisa saja 'tekor'-kan?
Nah, dalam konteks pekerjaan yang lebih luas lagi, saya yang hanya seorang guru juga sering dihadapkan dengan pola pekerjaan seperti tadi.
Bukan hanya mengajar saja di dalam kelas, menjelang tahun pembelajaran baru dan pada saat proses pembelajaran, banyak kali kegiatan sekolah untuk menyelesaikann kegiatan siswa dan semuanya memerlukan perlengkapan yang bermacam-macam.
Mulai dari acara kreative di kelas, kegiatan outbond di luar kota, panggung gembira sampai dengan  agenda wisuda. Kebutuhan barangnya bisa beragam mulai dari alat tulis kantor, pakaian, barang elektronik dan juga produk segar.
Dalam memenuhi kebutuhan barang itu semua, biasanya saya memegang teguh prinsip yang amat tradisonal yakni dengan budget yang minimal, dan setidaknya kita harus mendapatkan hasil yang maksimal.
Dan tak jarang,  dengan prinsip ekonomi nan jadul tadi, kita dibuat tak pernah  lelah bermain-main dengan waktu untuk berkeliling toko atau vendor, yang menyediakan barang yang dimaksud.