Jika ingin lebih jauh membantu, belilah oleh-oleh dari Lombok dari pengungsi. Saat menulis ini, saya dalam perjalanan pulang ke Jakarta, sedang musim bunga alpukat. Alpukat di Santong is the best. Pisangnya juga luar biasa enak.Â
Bentuknya pendek dan bulat. Baunya harum dan manis. Pisang ini pisang makan, bukan pisang goreng. Bisa dimakan begitu saja. Kulitnya tebal sehingga aman dibawa pulang agak lama ke Jakarta.
Selain pisang dan alpukat, ada cengkeh dan kopi. Santong terkenal dengan cengkehnya yang juga is the best dari seluruh cengkeh di Indonesia. Beli saja 3-4 kg, sudah cukup untuk bikin mereka senyum. Kopi Santong lumayan enak, juga bisa dijadikan oleh-oleh. Tapi kalau berencana ke Lombok Timur, ada kopi yang jauh lebih enak. Lebih tepatnya Sembalun. Daerah itu terkenal dengan kopi luwaknya yang luar biasa. Harganya juga murah untuk ukuran kopi luwak, 150-200 sekilo.Â
Luwaknya bukan sekedar branding luwak atau luwak dipaksa makan kopi, tapi luwak yang hidup liar dan makan kopi secara random, jadi ini beneran kopi luwak, bukan luwak-luwakan.
Beli, jangan memberi. Berkarya, bukan menengadahkan tangan. Berdayakan jangan dimanjakan. Status Bencana Nasional itu akan makin dalam menenggelamkan pengungsi gempa Lombok kepada ketidakberdayaan. Makin lama warga disuapi bantuan, makin terpuruk ekonomi mereka. Maka sudah benar sikap Pak Presiden Joko Widodo berkeras tidak mau memberikan status bencana nasional kepada gempa Lombok.
Gimana, sudah dapat inspirasi bagaimana menolong warga korban gempa Lombok. Yuk.. kalau sudah mengerti silakan datang dan berwisatalah di tengah Bencana Lombok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H