Hima kebingungan. "Kenapa kau bisa berubah wujud seperti itu? Apa kau penyihir? Apa maumu?"
Sosok wanita cantik itu tertawa. Suaranya merdu. Bergema di langit-langit kamar. "Astaga, Hima. Tidak ada yang namanya penyihir di dunia ini. Mereka hanya mitos. Tidak dijamin kebenarannya."
Kali ini, sosok itu berganti wujud lagi. Wujudnya berubah menyeramkan. Dengan empat tanduk di kepalanya. Hidungnya memanjang. Matanya merah. Mulutnya melebar.
Hima segera memejamkan matanya. Takut melihat sosok itu.
"Sangat menyeramkan," lirih Hima. "Aku tidak mau melihatmu dengan bentuk seperti itu." Hima masih memejamkan matanya.
Sosok itu tertawa lagi, "Maafkan aku. Lalu, wujud macam apa yang ingin kau lihat agar kita bisa memulai percakapan ini?"
"Apa kau kenal temanku Bintang? Apa kau bisa berubah wujud menjadi seperti dirinya? Aku sangat merindukan Bintang," jawab Hima sambil masih menutup matanya.
"Tentu aku tahu, Hima. Tunggu sebentar." Sosok itu mulai melakukan perubahan wujud untuk kesekian kalinya. Wujudnya sekarang berubah menjadi anak perempuan seumuran Hima. Rambut pirangnya dikepang dua. Bola matanya indah berwarna biru.
"Kau sudah bisa membuka mata sekarang, Hima."
Hima membuka matanya secara perlahan. Dilihatnya sosok gadis cantik di sampingnya. Hima tertawa kecil. Ada gumpalan air yang membendung di matanya.
Sosok itu terlihat kebingungan. "Kenapa kau tertawa? Apa ada yang lucu?"