Mohon tunggu...
Suharto
Suharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis blog http://ayo-menulislah.blogspot.co.id/, http://ayobikinpuisi.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sehari dalam Hidupku

22 Juli 2018   16:43 Diperbarui: 22 Juli 2018   17:24 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

"Nak, adzan subuh sudah berkumandang. Ayo bangun, mandi, lalu sholat!" suara Mama samar-samar memasuki gendang telingaku. Jemari Mama yang lembut memijit betisku sehingga aku menggeliat.

Aku serentak duduk dan mengucek-ucek mata yang enggan terbuka.

Setelah merasa kesadaranku pulih, sebelum ke kamar mandi, aku mengucapkan doa sesudah bangun tidur di dalam hati.  

"Alhamdullahi ladzi ahyaanaa bada maa amaa tanaa wa ilaihin nusyuur. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah kami mati (membangunkan dari tidur) dan hanya kepadaNya kami dikembalikan."

Usai mandi, aku memakai seragam sekolah yang telah disiapkan Mama. Sesudah merapikan rambut, aku mengambil sajadah dan bersiap  menunaikan sholat.

"Ayo lekas, nanti keburu siang!" kata Papa yang sudah berdiri bersama Mama menantiku untuk sholat berjamaah subuh. Sementara Yumna, adikku yang masih duduk di bangku TK masih terlelap tidur.

Selesai sholat aku mencium tangan Mama Papa. Ada perasaan bahagia bisa melaksanakan sholat berjamaah dengan orangtua. Sungguh kasihan anak-anak yatim piatu yang tidak didampingi lagi oleh orangtuanya. Sungguh beruntung aku, batinku.

Seperti biasa seusai sholat subuh, kami sarapan.

Papa sudah menanti di meja makan. Mama menyiapkan sarapan.

"Apa ada kesulitan menerima pelajaran di sekolah, Yan?" tanya Papa membuka percakapan.

"Alhamdulillah, tidak ada kesulitan, Pa!" jawabku mantap.

"Alhamdulillah. Kalau kau mengalami kesukaran menyelesaikan soal-soal pelajaran, jangan ragu bertanya pada ustadzah pengajar. Beliau adalah orangtuamu di sekolah. Beliau tentu akan menyambut dengan lapang dada kalau ada anak didiknya yang bertanya perihal pelajaran."

"Ya, Pa! Kalau mengalami kesulitan, saya memang tak ragu untuk menanyakannya karena tak ingin ketinggalan pelajaran. Dan ustadzah dengan sabar mengajarkannya kembali sehingga semua siswa memahami pelajaran yang dianggap sulit tersebut."

"Nah, makanan sudah siap. Silakan dinikmati, jangan lupa berdoa ya!" seru Mama

"Allahumma baariklanaa  fiima rozaqtanaa  waqinaa  adzaa ban-naar. Ya Allah, berkahilah rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa api neraka," Papa memimpin doa.

"Aamiin. Semoga Allah mengabulkan doa kami!" aku dan Mama serempak mengaminkan doa.

"Mama kok gemar masak sayuran. Aku kurang begitu suka, apalagi kalau bikin sayur bening bayam!" protesku.

Mama tersenyum.

"Andai kau tahu khasiat sayuran bagi tubuh, tentu kau akan lahap menikmati masakan bersayur yang Mama buat!" kata Papa.

"Betul kata Papa. Ragam tumbuhan ciptaan Allah yang biasanya digunakan sebagai sayuran mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia.  Mulai dari melancarkan buang air, sumber vitamin, mineral, dan gizi bagi tubuh. Sumber utama serat, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kesehatan syaraf dan mata, mencegah dan mengurangi stres, mempertahankan berat badan seimbang, membersihkan racun di dalam tubuh, membuat kulit sehat, memperkuat tulang, dan masih banyak lagi yang bisa disebut," jelas Mama.

"Wah, sungguh banyak sekali kegunaan sayuran bagi tubuh kita ya, Ma! Kalau begitu, mulai sekarang aku akan belajar menyukai masakan sayuran! Oya Ma, tolong kasih tahu, nama-nama tumbuhan yang biasanya Mama jadikan sayuran itu!" pintaku.

"Ada tomat, labu, buncis, wortel, bayam, kacang-kacangan, labu, terong, brokoli, selada air, kecambah, bunga kol, kangkung, sawi hijau, dan masih banyak ragam sayuran lainnya," jawab Mama.

"Sudah siang rupanya, mari kita berdoa. Alhamdulillaahil ladzii athamanaa wa saqoonaa wa jaalnaa muslimiin. Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minuman bagi kami, serta menjadikan kami sebagai orang muslim." Papa menutup sarapan pagi dengan doa setelah makan.

Setelah mengecek buku-buku dan peralatan sekolah lainnya, aku berpamitan pada Mama. Aku cium tangan Mama.

"Semoga Allah memberikan kemudahan bagimu untuk belajar ilmu pengetahuan dan agama, Nak," bisik Mama ke telingaku.

Aku terharu dengan doa dari Mama. Sebelum berangkat tak lupa aku mencium adik kesayanganku.

Dengan diboncengkan sepeda motor Papa, aku berangkat ke sekolah untuk menimba ilmu.

--------------------------------------

Waktu menunjuk pukul 16.30 ketika aku berada di rumah. Mama menyambutku di depan pintu. Kucium tangan Mama, dan sepertinya segala kepenatanku langsung sirna. Dirangkulnya tubuhku sembari menuntun masuk ke dalam rumah.

"Kau tentu lelah, istirahat sebentar. Nanti kalau kondisi tubuh sudah pulih, mandi dulu ya, nanti Mama siapkan makan sore!"

"Ya, Ma!"

Aku merebahkan diri di dipan teras rumah. Angin sore yang bertiup lembut menyejukkan perasaan. Keringat di baju mulai mengering. Rasa kantuk mulai menyergap. Buru-buru aku membuka-buka buku pelajaran yang ku catat tadi. Aku baca sebentar untuk mempertajam ingatanku kembali.

Untuk melawan kantuk, aku mandi. Pukul 17.20 aku menghadapi makan sore ditemani Mama.

"Mama berharap kau mengalami hal yang menyenangkan di sekolah tadi," harap Mama.

"Iya Ma, teman-teman amat bersemangat belajarnya  karena ustadzah pengajarnya menerangkan pelajaran dengan sabar, riang, dan bersemangat."

"Bagus. Ada catatan dari ustadzah pada buku penghubungmu?"

"Ya, Ma. Disuruh membaca buku tematik bab 1," jawabku.

"Baik. Membacanya nanti usai sholat Maghrib. Kalau makannya sudah selesai, kita baca Al Quran dulu sambil menanti adzan Maghrib, ya!"

"Ya, Ma!"

-----------------------------------

Adzan Maghrib berkumandang. Aku pamit Mama untuk sholat berjamaah di masjid dekat rumah.

"Selesai sholat segera pulang untuk belajar, Nak!" pesan Mama.

"Ya, Ma!"

Rupanya di masjid sudah ada beberapa teman sepermainanku di rumah.

"Yan, selesai sholat Maghrib kita bersepeda beli gorengan, ya?" ajak Rio.

"Maaf, aku sudah janji pada Mama untuk belajar seusai sholat maghrib, Rio. Hari minggu saja, kita leluasa bermain karena libur sekolah. Apa kamu tak ada tugas dari sekolah?" tanyaku.

"Aku belum baca buku penghubungnya. Baik, kita main hari Minggu saja, ya!" kata Rio

"Insya Allah!"

-----------------------------------

Di rumah, Mama juga sudah selesai tunaikan sholat Maghrib bersama adik. Sementara Papa belum pulang. Biasanya Papa pulang setelah Isya.

"Sebelum melakukan suatu pekerjaan, kita diharuskan berdoa kepada Allah SWT agar pekerjaan kita diberkahi. Mari kita melafadzkan doa sebelum belajar. Robbi zidnii ilman warzuqnii fahmaa wajalnii minash-sholihiin. Ya Allah tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman. Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang sholeh. Aamiin."

Lamat-lamat adzan Isya sudah terdengar. Setelah menunaikan sholat Isya, aku dan Mama melanjutkan belajar lagi ditemani adik.

Tak lama kemudian Papa pulang. Setelah mandi, makan, dan sholat isya; Papa ganti menemani aku belajar.

Tanpa terasa waktu sudah bergulir menunjuk pukul 21.00.

"Yan, belajarnya diakhiri dulu. Ayo kita berdoa setelah belajar. Allahumma arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaaahu. Wa arinal baathila baa-thilan warzuqnaj tinaabahu. Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami kebenaran, sehingga kami dapat mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami kejelekan sehingga kami dapat menjauhinya."

"Tak baik bagi kamu tidur terlalu malam. Nanti kalau tidur agak malam, bangunnya kesiangan dan badan pegal karena kurang istirahat. Ayo istirahat dulu, jangan lupa doa akan tidur, ya!" pesan Papa.

"Ya, Pa!"

Setelah berwudhu dan minum segelas air putih, aku berdoa, "Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuutu. Dengan menyebut namamu Ya Allah aku hidup dan dengan menyebut namamu aku mati."

---------------------------------

Surabaya, 22 Juli 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun