Ava turun dari tangga rumah. Dia mengenakan gaun eksklusif buatan designer kelas dunia. Make up nya tidak tebal namun agak sedikit natural. Sepatunya high heels. Tasnya sangat mewah.
Semua mata tertuju pada Ava. Mister Mc. Fadden memperkenalkan Ava kepada semua tamu. Frans terlihat sangat terpesona dengan penampilan Ava.
Acara demi acara terlalui. Dan akhirnya selesai. Ava terlihat kecapekan. Kemudian masuk kamar. Memang malam itu keluarga Villareal menginap di rumah Mr. Mc Fadden. Tanpa diduga tiba-tiba Frans nyelonong masuk ke kamar Ava.
Setengah jam kemudian, terdengar suara teriakan Ava sangat keras. Ava berusaha membenahi pakaiannya. “Pergi kau, Frans! Di barat kamu bisa lakuin hal itu tapi di sini jangan mimpi! Pergi, pergi sana!”
Tangis Ava pecah seketika. Malam itu juga dia teringat pada Kesturi. Dia teringat lagi pada tausiyah dari radio kemarin. “Aurat, jilbab, kematian, kebaikan”. Empat kata itu terngiang-ngiang. “Kesturi! Ya Kesturi! Aku harus temui Kesturi!”, gumam Ava.
Keesokan harinya, Ava mencari Kesturi meminta penjelasan tentang aurat, jilbab, kematian, dan kebaikan. Drastis bak sebuah revolusi, Ava berubah seketika.
Beberapa hari kemudian, deretan CD murotal menggantikan deretan CD Madonna. Poster-poster artis dibabat habis. Dia mulai belajar menutup aurat dengan baik, dengan cara berjilbab. Pintu hatinya terbuka.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H