Mohon tunggu...
Hardini Mahanani
Hardini Mahanani Mohon Tunggu... -

Meninggalkan profesi dokter gigi sejak lebih sepuluh tahun lalu untuk menjadi manajer rumah tangga 'full time'. Baru mulai nge-blog dan belajar menulis yang ringan-ringan untuk selingan disela-sela kesibukan rutin dengan si kecil. Hobby traveling, meski belum banyak tersalurkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Persimpangan ...

22 September 2010   17:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:03 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Liz, kalau ngomong tu pakai titik, ambil nafas dulu baru ngomong lagi, ini kaya mitraliyur..tretetetetet..."

"haha..kaya nggak tahu anaknya aja..., siapa dulu dong mamanya... air pancuran tidak jauh dari atap ma ! udah dulu ya ma, mau mandi, trus kuliah, aku hari ini harus masuk karena dosennya pak Tony Prasetyantono,.. mama tau khan, dia itu ngajarnya enak banget lho ma, trus ..."

"eh, stop-stop!..jadi mandi engga' non ? ntar terlambat kuliahnya, minggu depan insya Allah mama ke Jogja"

"asyiik!!..mama baik deh ! okeh! missed you mam...! ".

Kumatikan HP-ku, kuhela nafas panjang dan tak terasa mulutku tersenyum. Alhamdulillah, terima kasih Tuhan diberi anak-anak yang cerdas, ceria, cakap, cakep.

Kupandangi jalanan lagi, sudah lancar dan memasuki tol terakhir...tol Cengkareng. Kembali aku ragu akan perjalananku ini. Bagaimana perasaan anak-anakku kalau tau mamanya ada kencan di Singapura dengan lelaki yang bukan papanya? akankah kuteruskan? Aku kesepian.... dan Hartoko menawarkan penawarnya.... Ah, sebenarnya aku bisa mengobati kesepianku dengan ke Jogya menemani Liza, tapi, di Jogja aku juga jarang ketemu Liza, dia pengurus senat, pengurus kopma dan segudang kegiatan lain, kadang 2-3 hari tidak pulang ke rumah, ada baksos ma, katanya...begitu juga kalau aku di rumah Bandung, Lita anakku sibuk ikut konser ini itu, resital ini itu...Aku jadi penjaga rumah bersama Sumi pembantuku. Kalau aku pulang ke Jakarta, seringkali aku hanya ditemani mang Karman dan istrinya. Kadang aku ngiri dengan mereka yang hampir tiap sore dapat minum teh berdua.... hatiku berkecamuk... Tiba-tiba sisi hatiku yang lain berbisik, tidak apa-apalah sekali ini, toh anak-anak tidak tau, sekali-sekali berpetualang, intermeso agar hidup tidak membosankan. Asalkan tidak kontak fisik, tidak  sekamar berdua...aku harus jaga itu.

Hatiku mantap. Okelah sekali ini saja. Sayang kalau tidak jadi, sudah pesen tiket pesawat mahal-mahal, hotel bintang lima ... Tetapi beberapa detik kemudian ada pertanyaan dalam benakku, kalau aku nanti disana senang dan obrolan kami sangat nyambung dan aku ketagihan gimana? trus kami sering bertemu...trus...selanjutnya apa? Dalam ingatanku kemudian berkelebat teguran Polonius pada Ophelia di babak pertama adegan tiga drama Hamlet. "kutahu akhir-akhir ini sering beliau menemuimu dan betapa akrab kalian berdua, kalau hal ini memang benar, kuingatkan bahwa sebagai anakku dikau telah lupa diri, lupa pada kehormatan pribadi..."

Kehormatan pribadi...... aku tercenung......

"Ini kita ke terminal 2 ya bu ?" suara mang Karman memecah kebisuan.

Aku tergagap sejenak dan dengan pasti kujawab, "Tolong muter aja mang, kita pulang ke rumah !"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun