Mohon tunggu...
Hardika Saputra
Hardika Saputra Mohon Tunggu... Dosen - Lecturers, Teachers, Writers and Researchers

🎓 Master of Mathematics Education 🎓 Ph.D of Islamic Studies 💼 Lecturers, Teachers, and Researchers

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Muhammadiyah yang Mencerahkan

5 April 2024   08:21 Diperbarui: 5 April 2024   08:29 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan perbedaan ini, KH. Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah dengan menggabungkan aspek positif dari kedua sistem tersebut. Beliau berusaha untuk melakukan evolusi dalam dua aspek, yaitu ideologis dan praktis. Secara ideologis, tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah untuk menciptakan individu yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan komprehensif baik umum maupun agama, dan memiliki kesadaran yang tinggi untuk membangun masyarakat. Sementara secara praktis, perhatian diberikan pada metode belajar, struktur organisasi sekolah, mata pelajaran, dan kurikulum yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip modern.

Dan begitulah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang melibatkan tujuan yang jelas: mencetak ulama atau pemikir yang mendorong pembaharuan (tajdid atau tanzih) dalam setiap aspek pikiran dan tindakannya, bukan sekadar mengikuti kebiasaan yang sudah mapan (established). Dalam upayanya untuk menggabungkan kedua sistem pendidikan yang ada pada saat itu, KH. Ahmad Dahlan berusaha menciptakan lingkungan pendidikan yang memupuk dinamika, kreativitas, kepercayaan diri, dan kesetiaan dalam mematuhi ajaran agama. Dengan demikian, Muhammadiyah bertujuan untuk melahirkan generasi ulama dan peserta didik yang tidak hanya berkembang secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Cita-cita pendidikan yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan adalah menciptakan manusia baru yang mampu berperan sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yakni individu Muslim yang memiliki iman yang kokoh, pengetahuan yang luas, serta kekuatan jasmani dan rohani yang seimbang. Untuk mencapai tujuan ini, KH. Ahmad Dahlan melakukan dua langkah sekaligus: memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang bersifat sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum diajarkan secara bersamaan. Kedua langkah ini, meskipun pada awalnya dianggap kontroversial, kini telah menjadi praktik umum yang diakui dan dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lainnya.

Meskipun demikian, ide KH. Ahmad Dahlan tentang pendidikan integralistik yang mampu menghasilkan ulama-intelek masih terus berkembang dalam proses pencarian. Konsep pendidikan integralistik ini merupakan warisan berharga yang perlu diteruskan sesuai dengan konteks zaman dan tempat. Kendati begitu, teknik pendidikan yang digunakan dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan psikologi perkembangan manusia. Dengan demikian, pendidikan dalam semangat Muhammadiyah terus mengalami evolusi untuk memenuhi tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Pendidikan Muhammadiyah lahir dari inisiatif masyarakat awam dan berkembang secara bertahap, dimulai dari tingkat yang kecil dan terus berkembang hingga menjadi besar. Proses ini sering dimulai dari masjid sebagai pusat kegiatan komunitas, kemudian berkembang dengan didirikannya lembaga pendidikan seperti Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan seterusnya. Keberadaan dan perkembangan Muhammadiyah sangat tergantung pada partisipasi dan dedikasi anggota-anggota Muhammadiyah di masyarakat setempat, bukan semata-mata karena campur tangan atau arahan dari pimpinan pusat.

Dengan demikian, di mana pun terdapat lembaga pendidikan Muhammadiyah yang besar, di dalamnya pasti terdapat individu-individu yang memiliki kontribusi dan pengabdian yang besar pula. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan dan keberlanjutan pendidikan Muhammadiyah tidak hanya bergantung pada struktur organisasi tingkat atas, tetapi juga pada peran serta aktif dan komitmen individu-individu di tingkat lokal.

 

Esensi Pendidikan Muhammadiyah

Menurut KH. Ahmad Dahlan, tujuan utama pendidikan seharusnya adalah membentuk individu Muslim yang memiliki karakter yang baik, memiliki pengetahuan yang luas, memahami dengan mendalam berbagai aspek ilmu dunia, dan juga memberikan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat. Pendekatan ini, yang diperjuangkan oleh KH. Ahmad Dahlan, kini dianggap sebagai fondasi dari konsep pendidikan karakter yang diakui secara luas. Ini menunjukkan pentingnya pendidikan dalam membentuk individu yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga memiliki moralitas yang kuat dan kesadaran sosial yang tinggi, yang merupakan inti dari pendidikan karakter..

Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan karakter sebagai fokus utama. Kemajuan pesat dalam pendidikan di Muhammadiyah dapat dikaitkan dengan pendekatan yang berbeda dalam penyampaian materi pembelajaran. Sistem pembelajaran dan administratifnya telah dirancang dengan baik. Model pendidikan Muhammadiyah didasarkan pada sejumlah nilai kunci. Pertama, pendidikan di Muhammadiyah menekankan pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang dianggap berlaku sepanjang masa. Kedua, pendidikan di Muhammadiyah dilaksanakan dengan niat ikhlas dan penuh inspirasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Ketiga, Muhammadiyah menerapkan prinsip musyawarah dan kerjasama dengan tetap menjaga sikap kritis terhadap ide dan gagasan. Keempat, Muhammadiyah senantiasa mendorong dan menerapkan inovasi sebagai bagian dari upaya mencapai tujuan pendidikan. Kelima, pendidikan di Muhammadiyah juga menghidupkan budaya kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan, dengan menciptakan proses kreatif yang sesuai dengan perubahan dan tantangan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia.

Perbedaan dalam pendekatan dan kualitas pendidikan Muhammadiyah dapat dipengaruhi oleh beragam pemahaman tentang hakikat pendidikan Muhammadiyah, baik dari kalangan pendukungnya maupun stakeholder secara umum. Sebagian orang mungkin menafsirkan pendidikan Muhammadiyah secara harfiah, dengan menekankan peran dakwah sebagai tujuan utamanya. Di sisi lain, ada yang melihat Muhammadiyah sebagai amal usaha yang beroperasi dalam cakupan yang lebih terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun