Mohon tunggu...
Hardika Saputra
Hardika Saputra Mohon Tunggu... Dosen - Lecturers, Teachers, Writers and Researchers

🎓 Master of Mathematics Education 🎓 Ph.D of Islamic Studies 💼 Lecturers, Teachers, and Researchers

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Muhammadiyah yang Mencerahkan

5 April 2024   08:21 Diperbarui: 5 April 2024   08:29 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi SMP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Metro Lampung

Perkembangan Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat Islam sangat dipengaruhi oleh tingkat dan kualitas pendidikan yang diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikannya sendiri. Jaringan lembaga pendidikan Muhammadiyah terkenal luas dan tersebar di seluruh penjuru Indonesia, menunjukkan eksistensi yang kuat. Fakta ini menegaskan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah merupakan pilar utama dalam menyokong keberadaannya. Pendidikan Muhammadiyah dianggap sebagai aset berharga bagi Muhammadiyah dan bangsa, yang perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Dalam analogi bangunan, pendidikan merupakan salah satu pilar utama yang memastikan kestabilan dan ketahanan struktur keseluruhan.

Muhammadiyah telah dikenal sebagai pelopor dalam sektor pendidikan, dan keunggulan ini telah diakui oleh banyak pihak. Bahkan, beberapa orang menyatakan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang paling fokus dalam mengembangkan bidang pendidikan dan memiliki jumlah lembaga pendidikan yang paling besar, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di tingkat internasional.

Pendidikan Muhammadiyah Dalam Perspektif Historis

Dari perspektif historis dan sosiologis, sebelum berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan telah memulai usaha dalam pembaharuan pendidikan yang menggabungkan elemen-elemen pendidikan Barat yang menekankan ilmu pengetahuan umum dengan pendidikan Islam yang menekankan ilmu agama. Gagasan-gagasan pembaharuan yang diadopsi oleh Muhammadiyah juga mencakup pembaharuan dalam bidang pendidikan.

KH. Ahmad Dahlan menyadari adanya masalah yang dihadapi oleh masyarakat pribumi, terutama dalam bidang pendidikan, karena adanya dualisme antara pendidikan Islam yang terpusat di pesantren dan cenderung tertinggal dalam perkembangan pengetahuan dan masyarakat modern, serta model pendidikan Barat yang sekuler dan nasional yang mengancam nilai-nilai spiritual dan budaya masyarakat pribumi. Pemikiran ini menggambarkan upaya Ahmad Dahlan dalam menyatukan elemen-elemen pendidikan Islam dan Barat untuk menciptakan pendidikan yang holistik, yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan umum tetapi juga nilai-nilai agama dan budaya, sebagai langkah untuk mengatasi tantangan dan masalah pendidikan yang dihadapi oleh masyarakat pada masa itu.

Pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, sistem pendidikan dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, adalah sistem pendidikan tradisional pribumi yang dijalankan di pondok-pondok pesantren, dengan kurikulum yang terbatas. Secara umum, di pondok-pondok tersebut, pelajaran yang diajarkan hampir seluruhnya berkaitan dengan pelajaran agama.

Gagasan pembaharuan dalam pendidikan yang menghapuskan pemisahan antara pendidikan umum dan pendidikan agama merupakan langkah revolusioner dan fundamental. Melalui pendekatan ini, Muhammadiyah bertujuan untuk menyajikan pendidikan yang menyeluruh, serta pendidik yang seimbang, yang menghasilkan individu yang utuh dan memiliki keseimbangan dalam kepribadian mereka, bukan terbagi menjadi individu yang hanya memiliki pengetahuan umum atau pengetahuan agama saja. Dengan pendekatan ini, Muhammadiyah berusaha mengatasi perpecahan dalam pendidikan yang telah ada sebelumnya, di mana pendidikan sering kali terfokus hanya pada aspek umum atau agama saja. Muhammadiyah ingin menciptakan manusia yang memiliki pengetahuan luas dan juga keteguhan dalam nilai-nilai agama, sehingga mereka dapat berkontribusi secara positif dalam masyarakat dengan memadukan pengetahuan dan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Proses pendidikan dalam sistem tersebut umumnya masih menggunakan pendekatan tradisional dan dilakukan secara personal oleh guru atau kiai dengan menggunakan metode sorogan dan weton. Dalam metode sorogan, siswa secara individu menghadap kiai satu per satu dengan membawa kitab yang akan dibacanya, lalu kiai membacakan pelajaran, menerjemahkan, dan menjelaskan maknanya. Sedangkan metode weton melibatkan pengajaran dalam kelompok, di mana siswa duduk bersimpuh mengelilingi kiai yang juga duduk bersimpuh untuk memberikan penjelasan, sementara siswa mendengarkan dengan membaca buku atau dalam bahasa Arab dalam metode yang disebut halaqah.

Dengan metode-metode ini, aktivitas belajar cenderung bersifat pasif, di mana siswa hanya membuat catatan tanpa banyak bertanya. Membantah penjelasan dari kiai dianggap tidak pantas. Selain itu, pendekatan ini lebih menekankan pada kemampuan hafalan dan membaca tanpa memperhatikan pemahaman yang mendalam atau kemampuan berpikir kritis.

Sistem pendidikan kedua adalah pendidikan sekuler yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah kolonial tanpa memasukkan pelajaran agama dalam kurikulumnya. Jika dilihat dari cara pengelolaan dan metode pengajaran, kedua sistem pendidikan tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Sistem pendidikan pertama cenderung menghasilkan siswa yang terisolasi dari perkembangan modern, namun sangat konservatif dalam menjalankan ajaran agama. Di sisi lain, sistem pendidikan kedua menghasilkan siswa yang lebih dinamis, kreatif, dan percaya diri, tetapi minim pengetahuan agama bahkan mungkin memiliki pandangan negatif terhadapnya.

Berdasarkan perbedaan ini, KH. Ahmad Dahlan mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah dengan menggabungkan aspek positif dari kedua sistem tersebut. Beliau berusaha untuk melakukan evolusi dalam dua aspek, yaitu ideologis dan praktis. Secara ideologis, tujuan pendidikan Muhammadiyah adalah untuk menciptakan individu yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan komprehensif baik umum maupun agama, dan memiliki kesadaran yang tinggi untuk membangun masyarakat. Sementara secara praktis, perhatian diberikan pada metode belajar, struktur organisasi sekolah, mata pelajaran, dan kurikulum yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip modern.

Dan begitulah sejarah awal berdirinya lembaga pendidikan Muhammadiyah yang melibatkan tujuan yang jelas: mencetak ulama atau pemikir yang mendorong pembaharuan (tajdid atau tanzih) dalam setiap aspek pikiran dan tindakannya, bukan sekadar mengikuti kebiasaan yang sudah mapan (established). Dalam upayanya untuk menggabungkan kedua sistem pendidikan yang ada pada saat itu, KH. Ahmad Dahlan berusaha menciptakan lingkungan pendidikan yang memupuk dinamika, kreativitas, kepercayaan diri, dan kesetiaan dalam mematuhi ajaran agama. Dengan demikian, Muhammadiyah bertujuan untuk melahirkan generasi ulama dan peserta didik yang tidak hanya berkembang secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Cita-cita pendidikan yang digagas oleh KH. Ahmad Dahlan adalah menciptakan manusia baru yang mampu berperan sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yakni individu Muslim yang memiliki iman yang kokoh, pengetahuan yang luas, serta kekuatan jasmani dan rohani yang seimbang. Untuk mencapai tujuan ini, KH. Ahmad Dahlan melakukan dua langkah sekaligus: memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda yang bersifat sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan umum diajarkan secara bersamaan. Kedua langkah ini, meskipun pada awalnya dianggap kontroversial, kini telah menjadi praktik umum yang diakui dan dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam lainnya.

Meskipun demikian, ide KH. Ahmad Dahlan tentang pendidikan integralistik yang mampu menghasilkan ulama-intelek masih terus berkembang dalam proses pencarian. Konsep pendidikan integralistik ini merupakan warisan berharga yang perlu diteruskan sesuai dengan konteks zaman dan tempat. Kendati begitu, teknik pendidikan yang digunakan dapat berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan psikologi perkembangan manusia. Dengan demikian, pendidikan dalam semangat Muhammadiyah terus mengalami evolusi untuk memenuhi tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Pendidikan Muhammadiyah lahir dari inisiatif masyarakat awam dan berkembang secara bertahap, dimulai dari tingkat yang kecil dan terus berkembang hingga menjadi besar. Proses ini sering dimulai dari masjid sebagai pusat kegiatan komunitas, kemudian berkembang dengan didirikannya lembaga pendidikan seperti Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan seterusnya. Keberadaan dan perkembangan Muhammadiyah sangat tergantung pada partisipasi dan dedikasi anggota-anggota Muhammadiyah di masyarakat setempat, bukan semata-mata karena campur tangan atau arahan dari pimpinan pusat.

Dengan demikian, di mana pun terdapat lembaga pendidikan Muhammadiyah yang besar, di dalamnya pasti terdapat individu-individu yang memiliki kontribusi dan pengabdian yang besar pula. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan dan keberlanjutan pendidikan Muhammadiyah tidak hanya bergantung pada struktur organisasi tingkat atas, tetapi juga pada peran serta aktif dan komitmen individu-individu di tingkat lokal.

 

Esensi Pendidikan Muhammadiyah

Menurut KH. Ahmad Dahlan, tujuan utama pendidikan seharusnya adalah membentuk individu Muslim yang memiliki karakter yang baik, memiliki pengetahuan yang luas, memahami dengan mendalam berbagai aspek ilmu dunia, dan juga memberikan kontribusi positif bagi kemajuan masyarakat. Pendekatan ini, yang diperjuangkan oleh KH. Ahmad Dahlan, kini dianggap sebagai fondasi dari konsep pendidikan karakter yang diakui secara luas. Ini menunjukkan pentingnya pendidikan dalam membentuk individu yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga memiliki moralitas yang kuat dan kesadaran sosial yang tinggi, yang merupakan inti dari pendidikan karakter..

Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah menempatkan pendidikan karakter sebagai fokus utama. Kemajuan pesat dalam pendidikan di Muhammadiyah dapat dikaitkan dengan pendekatan yang berbeda dalam penyampaian materi pembelajaran. Sistem pembelajaran dan administratifnya telah dirancang dengan baik. Model pendidikan Muhammadiyah didasarkan pada sejumlah nilai kunci. Pertama, pendidikan di Muhammadiyah menekankan pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang dianggap berlaku sepanjang masa. Kedua, pendidikan di Muhammadiyah dilaksanakan dengan niat ikhlas dan penuh inspirasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Ketiga, Muhammadiyah menerapkan prinsip musyawarah dan kerjasama dengan tetap menjaga sikap kritis terhadap ide dan gagasan. Keempat, Muhammadiyah senantiasa mendorong dan menerapkan inovasi sebagai bagian dari upaya mencapai tujuan pendidikan. Kelima, pendidikan di Muhammadiyah juga menghidupkan budaya kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan, dengan menciptakan proses kreatif yang sesuai dengan perubahan dan tantangan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia.

Perbedaan dalam pendekatan dan kualitas pendidikan Muhammadiyah dapat dipengaruhi oleh beragam pemahaman tentang hakikat pendidikan Muhammadiyah, baik dari kalangan pendukungnya maupun stakeholder secara umum. Sebagian orang mungkin menafsirkan pendidikan Muhammadiyah secara harfiah, dengan menekankan peran dakwah sebagai tujuan utamanya. Di sisi lain, ada yang melihat Muhammadiyah sebagai amal usaha yang beroperasi dalam cakupan yang lebih terbatas.

Pendidikan Muhammadiyah Sebagai Lembaga Dakwah Islam Amar Makruf Nahi Munkar

Pendidikan Muhammadiyah tak terlepas dari sifat dasar Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam dan tekad untuk memajukan nilai-nilai kemanusiaan serta memerangi ketidakadilan. Lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah, dalam berbagai bentuk dan tingkatan, dianggap sebagai salah satu instrumen dakwah yang paling efektif dan strategis. Semangat para pendiri pendidikan Muhammadiyah tak bisa dipisahkan dari semangat dakwah dan bahkan jihad, yang membutuhkan pengorbanan, baik secara moral maupun materi. Mereka menyadari bahwa dakwah yang bertujuan mengubah pola pikir, tradisi, dan perilaku, yang merupakan inti dari dakwah Muhammadiyah, tidak mudah diterapkan pada generasi yang lebih tua.

Nilai-nilai dakwah yang ingin disebarkan oleh Muhammadiyah diyakini lebih mudah diterima oleh generasi muda. Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan menjadi sarana yang efektif dan strategis untuk mentransmisikan pesan-pesan tersebut. Muhammadiyah terampil dalam menggabungkan pendidikan agama tradisional dengan sistem pendidikan sekuler Belanda, menciptakan model pendidikan yang mencakup kedua aspek tersebut. Mereka meyakini bahwa melalui pendidikan ini, dakwah dapat diterapkan dengan lebih efektif, menghasilkan generasi yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam konteks modern.

Pendidikan Muhammadiyah didirikan dengan tujuan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam dalam pembelajaran serta memberikan kontribusi dalam penyebaran dakwah Islam. Konsep pendidikan Muhammadiyah berakar pada prinsip amar makruf nahi munkar, yang merupakan bagian integral dari ajaran Islam untuk mendorong kebaikan dan menolak kemungkatan. Sebagai lembaga dakwah, Pendidikan Muhammadiyah mengedepankan pembentukan karakter berdasarkan ajaran Islam, seperti kejujuran, keadilan, kesederhanaan, dan kebersamaan. Melalui pendidikan, Muhammadiyah bertujuan untuk menciptakan generasi yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan menjadi agen perubahan dalam masyarakat.

Pendidikan Muhammadiyah memadukan pengetahuan agama dengan ilmu pengetahuan umum untuk menciptakan individu yang berwawasan luas dan mampu berkontribusi secara positif dalam pembangunan bangsa. Selain itu, pendidikan Muhammadiyah juga menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial. Dengan mempromosikan nilai-nilai Islam melalui pendidikan, Muhammadiyah berperan dalam membentuk individu yang tidak hanya berkualitas secara akademis tetapi juga moral, etis, dan religius. Dengan demikian, Pendidikan Muhammadiyah memiliki peran penting dalam dakwah Islam amar makruf nahi munkar dengan menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan menolak segala bentuk kejahatan dalam masyarakat.

Pendidikan Muhammadiyah sebagai Pusat Pengembangan Kader-kader Persyarikatan dan Generasi Penerus Bangsa

Pendidikan Muhammadiyah memiliki tujuan yang jauh lebih luas daripada sekadar memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didiknya. Tujuan utamanya adalah membentuk kader-kader yang menjadi penerus Persyarikatan, pejuang Islam, dan pemimpin bangsa yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia. Untuk mencapai hal ini, hubungan antara pendidikan Muhammadiyah dan peserta didiknya haruslah lebih dari sekadar transaksional. Harus ada komitmen yang kuat dan saling berhubungan antara senior dengan junior, antara guru dengan murid, bahkan antara orang tua dengan anak. Komitmen ini membangun rasa tanggung jawab yang besar, cinta, empati, dan kedekatan batin di antara anggota komunitas pendidikan.

Dengan adanya komitmen yang kuat ini, peserta didik akan merasa menjadi bagian integral dari Persyarikatan, bukan sekadar melewati masa belajar di Pendidikan Muhammadiyah. Mereka akan merasa bangga dan memiliki identitas yang kuat sebagai kader-kader yang siap menjadi pemimpin masa depan yang berakhlak Islam dan berkualitas dalam mengabdi pada masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, pendidikan Muhammadiyah tidak hanya sekadar menyediakan pendidikan formal, tetapi juga membentuk karakter dan identitas yang Islami dan berkomitmen pada perjuangan Persyarikatan.

Apabila pendidikan Muhammadiyah berhasil mengemban misi tersebut dengan baik, maka Persyarikatan tidak akan kekurangan kader-kader penerus yang memiliki komitmen terhadap visi dan nilai-nilai organisasi. Dengan demikian, dinamika Persyarikatan akan semakin meluas dan berkualitas karena didukung oleh kader-kader militan yang memiliki dedikasi tinggi. Kader-kader Muhammadiyah yang terlatih dan berkualitas akan dapat berkiprah dalam berbagai sektor kehidupan, baik itu ekonomi, perdagangan, politik, maupun kebudayaan. Mereka akan menjadi agen perubahan yang signifikan dalam masyarakat, menciptakan dampak positif yang luas dan berkelanjutan.

Muhammadiyah akan menjadi sebuah jaringan yang kuat dan terintegrasi, tidak hanya dalam konteks dakwah Islamiah, tetapi juga dalam berbagai bidang lainnya. Dengan demikian, Muhammadiyah akan menjadi kekuatan yang tak terbantahkan dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam, serta turut berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan menciptakan masyarakat yang lebih baik secara menyeluruh.

Kesimpulan

Pendidikan Muhammadiyah sebagai pendidikan formal dan sebagai sarana dakwah Islamiah, sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Peran tersebut harus dilaksanakan secara seimbang dan tidak boleh saling melemahkan. Ini berarti bahwa pendidikan Muhammadiyah haruslah diformat atau dikemas secara unik dengan mempertimbangkan berbagai aspek lainnya.

Fungsi dakwah Islamiah dalam pendidikan Muhammadiyah menjadi penegak visi amar makruf nahi mungkar. Namun, sangat penting untuk dicatat bahwa fungsi ini tidak boleh bersifat eksklusif atau proteksionistik dari multifungsi pendidikan Muhammadiyah. Artinya, pendidikan Muhammadiyah tidak boleh membatasi partisipasi masyarakat luas bagi kemajuan pendidikan. Sebagai contoh, pendidikan Muhammadiyah harus tetap terbuka untuk semua kalangan masyarakat tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau status sosial. Selain itu, dalam konteks dakwah Islamiah, pendidikan Muhammadiyah juga harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kurikulumnya tanpa mengorbankan kualitas pendidikan formal yang disampaikan.

Dengan demikian, pendidikan Muhammadiyah diharapkan mampu memadukan antara fungsi pendidikan formal dan fungsi dakwah Islamiah secara seimbang dan harmonis. Hal ini akan memungkinkan pendidikan Muhammadiyah untuk tetap relevan dan efektif dalam mencapai tujuan-tujuannya, serta memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat secara luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun