Bumi, 2050
sekian abad berlalu. burung-burung masih dipanggil-panggil dengan getir. selepas prahara. usai karam di lubang maut.
Hari itu adalah hari senin teraneh dalam hidupku. Mendadak burung-burung saling berkumpul di suatu gedung rakyat. Beramai-ramai burung-burung itu berunjuk rasa. Entah apa yang mereka resahkan. Pokoknya mereka terlihat sedang menggugat. Huh! Weeek!
burung-burung
mengaku turunan garuda,
jatayu, phoenix, dodo,
dan kinara
lalu satu-satu mulai gigil
kejang dalam kekejaman
: hingga menggigit lidah sendiri
Dua hari kemudian, burung-burung itu masih saja menggugat di depan gedung rakyat, saling meneriakkan hujat. Mendesak penganut rakyat agar bersiap-siap mangkat.
Tidakkah kau ingin tahu apa keinginan burung-burung itu, hingga nekad menggugat? Uhh, rupanya mereka menolak persekongkolan waktu yang telah memetakan derita di sepanjang generasi burung.
di pokok-pokok pohon. orang-orang menengadah. menziarahi derita burung-burung. yang katanya penat usai dibudak ular-ular. yang sebagian mati di tangan rahwana. hingga membuka-buka pintu kepahlawanan di ujung napas. yang kerap hidup-mati hidup-mati dalam sekali bara api.
seperti belantara di hidup garuda. serupa rimba di tubuh jatayu. serupa cacat di kepak sayap phoenix. semacam gersang di pemukiman burung-burung hutan.
Week, week, weeek! Aku semakin bingung. Kenapa mereka mesti repot-repot mengunjungi gedung rakyat, bukannya permasalahan berakar pada waktu, pada masa lalu yang tak hendak maju-maju. Saat kutanya itu pada salah satu turunan burung dodo, dia pun menjawab, "Manusia adalah mula segala derita turun temurun ini. Orang-orang itu terus menerus melabeli kami sebagai pengecut. Kadang-kadang orang-orang itu kerap melucuti nyawa kami. Sedang gedung rakyat adalah bagian dari orang-orang itu!"
Week, weeek, weeek! Hari itu sunggut pekat sekali. Burung-burung mulai kelelahan. Mungkin telah kehabisan suara. Huh! Nyatanya aku salah. Sayup-sayup salah satu turunan burung yang paling purba mulai bercuit-cuit.
burung-burung menggugat. separuh meminta tak ingat-ingat lagi akan siksa. yang dilontar cemburu ular-ular. dan visnu yang memperpanjang suruh dan titah.
burung-burung menggugat. sebagian mendesak bangkit. usai menyusuri jejak-jejak sita. lalu mencapai sunyi. dan menukik ke rumah malaikat. menjemput pulang raga.
burung-burung menggugat. lainnya hendak mengekalkan kematian. sebab terengah-engah bangkit dari kematian. hingga ke anak cucu.
burung-burung menggugat. banyak yang kehilangan rumah. segala sarang dan pohon lenyap. dilalap api tungku. yang tak kunjung padam. hingga pulau-pulau raib. membikin sangsi di mana-mana.
burung-burung menggugat!
Wek! Aku pun merinding, sedang di sana, jauh di bilik-bilik AC, bernaung sekumpulan rakyat. Mereka hendak mematut-matut untung rugi dan mengeruk-ngeruk kesempatan. Mulailah sebuah persekongkolan besar dan kelam. Ya, sekongkol memang nama lain orang-orang berkedok rakyat itu. Week!
Uh, mendadak aku limbung dan linglung. Apakah aku juga termasuk burung-burung? Tapi mengapa ... mengapa orang-orang itu hendak memburuku? Weeek!
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H