Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Jejak Jerat Bagian 3 || Cerbung Dian Chandra

8 Oktober 2023   23:08 Diperbarui: 8 Oktober 2023   23:10 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Khasian, kamu, Nak! Maafin ibu, dulu selalu memarahimu dan bahkan tanpa sadar menyumpahimu. Sungguh, ibu tak pernah sengaja, Nak!" Nyonya Raya menangis tersedu-sedu. Namun, tak lama. Otaknya segera bekerja keras.

"Kasus cucuku kurang ditanggapi polisi. Apa mungkin karena tidak viral?" gumam wanita tua yang masih memperlihatkan raut cantiknya itu. Otaknya kembali bekerja keras, kali ini lebih keras lagi.

"Lihat saja, akan aku viralkan! Bisa apa kalian dengan kekuatan netizen?" cemoohnya.

 Nyonya Raya mengambil ponselnya, lalu menelpon seseorang.

"Syad, saya punya informasi yang cukup penting." Nyonya Raya segera mematikan ponselnya, lalu tersenyum sinis, "Habislah, kalian!"
***

Malam yang teramat dingin bagi Mohan. Padahal suhu ruangan masih sama hangatnya seperti malam-malam sebelumnya. Ya, tubuh lelaki anak konglomerat itu mendadak sedingin es batu setelah membaca artikel di layar ponselnya.

"SEORANG BAYI HILANG BERHARI-HARI, DICULIK ATAUKAH ...?"

Rupanya artikel itu tak hanya satu, ada pula artikel lainnya yang hampir serupa. Namun, dikemas dengan lebih baik, "POLISI TAK CEPAT TANGGAP, SEORANG IBU PERTANYAKAN NASIB BAYINYA"

Seketika dua artikel tersebut mendapatkan ribuan tanggapan dan komentar dari para netizen. Beramai-ramai mereka membuat tagar #SaveMolly, #MollyDimana, #MamaKangenMolly,  #CariMolly, dan #JusticeForMolly.

Mohan lemas bukan main. Meski namanya tak disebutkan, akan tetapi hati kecilnya berontak. Bagaimana mungkin seorang ayah tega mencelakai anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri? Maka saat itu juga, Mohan segera menghampiri Mey yang tengah tertidur sembari memeluk baju bayinya. Mey tak berniat tidur, akan tetapi kelelahan telah membuatnya terlelap tanpa permisi.

Hati-hati sekali Mohan menyentuh pucuk kepala Mey. Lalu menciumnya pelan. Tanpa diduga air mata tumpah jua dari pelupuk matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun