Seketika angin mendadak berhenti bertiup, dan menjatuhkan segala benda yang tadi sempat beterbangan.
 "Aku telah selesai dengan urusanku. Sekarang terserah kau, mau kau apakan keturunan penjahat ini!" ucapnya, sembari menyalakan kembali sebatang rokok. Kemudian tanpa takut sedikitpun, ia melangkah keluar makam, lalu raib dalam gelap malam.
***
Keesokan harinya, terjadi kegemparan di Kota Bugelvil. Warga kota berkerumun di pemakaman Qens. Mereka saling bergunjing, saling mengeluarkan pendapat.
 "Kota kita telah dimasuki oleh Petarung Kuno!" teriak salah seorang dari mereka.
Seorang nenek tua yang hanya bisa duduk di atas kursi roda turut menimpali, "Legenda itu benar. Keturunan Qens yang jahat sepanjang hidupnya itu akan habis. Dibunuh oleh seorang Petarung Kuno ...."
"Hei, kota kita telah terbebas dari kutukan sejak semalam!" teriaknya mengundang keingintahuan para warga.
 "Kau benar, Nek. Dulu kakekku pernah bercerita tentang betapa jahatnya Bangsawan Qens."
 "Ya, bahkan iblis pun ingin menghancurkannya!" sela si Nenek dengan mata berkaca-kaca.
     "Apakah ini penyebab Kota Bugenvil selalu menyeramkan saat malam tiba?" Seorang pria muda bertanya dengan hati-hati. Ia tak ingin salah berucap.
    "Ya!" sahut si Nenek.