Mohon tunggu...
Hardiana Arsyad
Hardiana Arsyad Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Alkohol 70% + Trihekfenidil = Mabuk Irit Ala Siswa Setelah UN

16 April 2016   19:43 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 1817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyalahgunaan obat seperti triheksifenidil untuk mabuk atau fly tentunya harus meningkatkan dosis, dan dosis yang tidak sesuai akan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian

Sedangkan untuk kadar alkohol yang layak disebut minuman keras adalah dengan kadar 1-55%, Hal ini sudah ditetapkan oleh Balai Pengujian Obat dan Makanan melalui Kepres No.03 tahun 97 tentang minuman keras. Yang jadi masalah sekarang adalah masyarakat yang menkonsumsi alkohol 70% yang sering digunakan untuk antiseptik atau obat luar untuk membersihkan luka atau mensterilkan luka dan sebagainya. Belakangan ini alkohol 70% sering digunakan oleh sebagian masyarakat untuk bahan  miras oplosan. Penyebabnya beragam , bisa karena faktor ekonomi, dengan harga yang lebih murah, alkohol 70% didapatkan dalam jumlah yang banyak daripada minuman alkohol yang tersedia di toko, juga karena ketidaktahuan masyarakat akan bahayanya atapun karena sebagai ajang coba coba atau sekedar unjuk keberanian/adu nyali yang bisa berakibat fatal.

Dengan anggapan akan mendongkrak efek alkohol, masyarakat menambahkan obat-obatan ke dalam minuman keras. Mulai dari obat tetas mata, obat sakit kepala, hingga obat nyamuk. Karena akan meningkatkan aktivitas metabolisme, efek samping paling nyata dari jenis oplosan ini adalah kerusakan hati dan ginjal. Efek lainnya sangat beragam, tergantung jenis obatnya.

Mengoplos minuman sangat berbahaya dikarenakan kandungan yang terdapat pada minuman oplosan  bisa mengakibatkan kerusakan sistem syaraf dan juga organ dalam. Miras oplosan berbahaya karena mengandung methanol atau spiritus.  Bahan tersebut dapat berubah menjadi asam format yang menyerang retina serta saraf mata. Sehingga Orang yang menkonsumsi miras oplosan dengan kadar alkohol 70% lama kelamaan akan mengalami kabur atau rabun yang pada akhirnya bisa buta.kebutaan. Dan lebih fatal lagi orang tersebut bisa meninggal dunia karena terjadi kerusakan pada organ tubuhnya.  

Bagaimana mekanisme interaksi yang terjadi antara alcohol 70% dan Triheksifenidil?

Seperti yang diuraikan di atas bahwa obat Triheksifenidil adalah obat yang biasa digunakan untuk  penyakit Parkinson. Parkinson merupakan penyakit dengan gangguan yang terjadi pada sistem saraf dopaminergic, terjadinya defisiensi neurotransmiter yaitu dopamin dalam sistem syarafnya.

Kekurangan dopamin ini menyebabkan ketidakseimbangan aksi neurotransmiter lain yaitu asetilkolin, yang menjadi berlebihan. Kelebihan aksi asetilkolin ini menyebabkan efek-efek yang disebut aksi kolinergik, seperti keluarnya air liur berlebihan (salivasi), otot-otot menjadi kaku sehingga wajah penderita Parkinson itu seperti memakai topeng.

Penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa diperlambat perkembangannya dengan obat-obatan. Salah satu caranya adalah dengan mencegah aksi kolinergiknya, digunakanlah obat  seperti triheksifenidil. Triheksifenidil tergolong obat antikolinergik atau antimuskarinik, yang bekerja menghambat reseptor asetilkolin muskarinik dan juga bekerja melalui neuron dopaminergik. Antikolinergik dapat mempengaruhi sistem saraf pusat mulai dari stimulasi sampai depresi, tergantung pemilihan obat dan dosis. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah seperti eksitasi, lemah atau halusinasi dan mendepresi pada dosis toksik yang  dapat menyebabkan sedasi dan amnesia.

Sehingga apabila dikonsumsi oleh orang yang tidak menderita Parkinson, yang kadar asetilkolin dan dopamine dalam tubuhnya normal, dalam dosis tinggi akan mengakibatkan respon yang tidak diharapkan. Yang dimaksud disini adalah bisa terjadi penurunan kadar asetilkolin dibawah batas normal. Penurunan kadar asetilkolin, dalam tubuh akan mengakibatkan rangsangan terhadap reseptor dopaminergik. Sesuai mekanisme kerjanya Triheksifenidil akan meningkatkan pelepasan dopamin, selain itu triheksifenidil dosis tinggi juga mengakibatkan efek depresant yang menyebabkan sedasi.

Seperti yang disebutkan diatas bahwa alkohol juga mempengaruhi neurotransmiter dopamine. Alkohol meningkatkan kadar dopamin, sehingga mengakibatkan kecanduan dan menghasilkan efek menyenangkan. Alkohol tidak bekerja secara langsung pada reseptor dopamin, namun secara tidak langsung dengan meningkatkan kadar dopamin pada sistem mesocorticolimbic. Peningkatan ini memiliki efek terhadap penguatan efek alkohol dalam tubuh.

Jadi alkohol 70% yang disalahgunakan dengan cara di oplos dengan triheksifenidil dosis tinggi, seperti pada kasus di atas, memiliki interaksi yang sinergis, kompatibel. Keduanya bekerja dengan mempengaruhi sitem saraf pusat, khususnya pada system saraf dopaminergik baik secara langsung maupun tidak langsung. Alkohol dan triheksifenidil memicu pelepasan dopamin sehingga meningkatkan efek depresant dari kedua zat tersebut, meningkatkan efek dari masing masing. Sebagai akibatnya adalah muncul efek sedasi/perasaan menenangkan. Sekaligus juga memberikan efek yang fatal dan berbahaya sehingga bisa menyebabkan kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun