Bagaimana dengan penghasilan mereka sekarang? Kelompok tani pada 2007 ini menanam 9000 pohon durian dengan kedele sebagai tanaman tumpang sari. Â Pada panen serentak kedelai awal tahun 2008, dari 50 hektare lahan yang ditanami tumpang sari kedelai ini, menghasilkan hampir 20 ton kedelai. Harga jualnya sekitar Rp.7.500/Kg. Ini tentu saja sangat menyenangkan dan memberi semangat baru bagi warga yang telah menyadari akan kekeliruan mereka selama ini yang berprofesi sebagai petani ganja.
Kalau tentang durian, mari kita menghitungnya sendiri. Tarulah jika satu pohon durian pada musim panen terburuk berkisar 40-50 buah per pohon per tahun. Padahal normalnya rata-rata per pohon menghasilkan hingga seratus buah. Harga paling murah Rp 5.000. Dengan demikian, satu pohon durian menghasilkan minimal Rp 250 ribu per tahun, dkalikan 9 ribu pohon. Wow…..!
 Dengan penghasilan sebesar itu, dapat dipastikan bahwa  keinginan Fitriadi dkk untuk menanam ganja telah sirna dari hati dan pikiran mereka. Sayangnya, program yang mulai diinisiasi pada 2007 itu di era Wagub Muhammad Nazar, tidak dikembangkan secara maksimal. Mestinya dalam tempo hampir sepuluh tahun ini sudah ribuan Fitriadi lain yang berhasil digandakan di Aceh. Akan tetapi Mualem yang menggantikan M Nazar lebih fokus mengurusi politik bersama Partai Aceh bentukannya. Padahal sejatinya, politik itu memiliki tujuan mulia, yaitu untuk mensejahterakan rakyat, bukan hanya mensejahterakan pengurus parpol dan kroni-kroninya saja. [dari berbagai sumber].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H