Mohon tunggu...
Hapudin Adin
Hapudin Adin Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Tidak ada latihan yang berhasil tanpa merasakan banyak kegalauan mencari formula paling kece. Ah, memang susah menulis yang enak dan renyah tuh. Percaya! Butuh berwaktu-waktu agar bisa mencapai taraf itu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhan Masih Menjabat Tangan Si Koruptor

21 Januari 2014   15:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:37 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uh, selalu terasa sesak mengingatnya

Rentetan waktu yang tercoreng-moreng ulah salah

Menyisakan perih jauh lebih dalam di dada

Tidak ada yang patut dipersalahkan

Kalau derita membajui diri sempurna

Elok, rupawan, dan pesakitan

Jika senja masih terlihat indah

Mestinya mampu bibir ini menarikan senyum

Seperti saat raga masih berbelenggu korupsi

Tak sadar lukanya, tak sadar sakitnya

Aku melapalkan namaMu

Penggenggam nafas sekali cekik mati

Sebab namaMu sangat indah dan membuat segan

Dalam rasa perih yang tak pernah terusir ini

Sudi setia dan lembut membelaiku sayang

Aku menghindariMu

Sebab ketaklayakan itu nyata bagiku

Tuhan, jangan sayangi aku yang koruptor

Sebab manusia-manusia tak lagi menyayangiku

Biar aku tanggung arti sesal ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun