Uh, selalu terasa sesak mengingatnya
Rentetan waktu yang tercoreng-moreng ulah salah
Menyisakan perih jauh lebih dalam di dada
Tidak ada yang patut dipersalahkan
Kalau derita membajui diri sempurna
Elok, rupawan, dan pesakitan
Jika senja masih terlihat indah
Mestinya mampu bibir ini menarikan senyum
Seperti saat raga masih berbelenggu korupsi
Tak sadar lukanya, tak sadar sakitnya
Aku melapalkan namaMu
Penggenggam nafas sekali cekik mati
Sebab namaMu sangat indah dan membuat segan
Dalam rasa perih yang tak pernah terusir ini
Sudi setia dan lembut membelaiku sayang
Aku menghindariMu
Sebab ketaklayakan itu nyata bagiku
Tuhan, jangan sayangi aku yang koruptor
Sebab manusia-manusia tak lagi menyayangiku
Biar aku tanggung arti sesal ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H