Mohon tunggu...
Happy Mommy
Happy Mommy Mohon Tunggu... Petani - Hobiis

Happy Mommy

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Menjadi Kaya dengan "Solusi 85 Persen"

26 Januari 2025   05:00 Diperbarui: 27 Januari 2025   07:15 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku I Will Teach You To Be Rich (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Siapa sih yang tidak ingin kaya? Sampai-sampai banyak buku, banyak tips, banyak seminar yang membahas cara jitu menjadi kaya atau sukses. Senada dengan bagaimana mengelola uang dengan baik, manajemen keuangan agar tidak boncos, supaya tidak besar pasak daripada tiang, hingga ilmu menarik rezeki.

Ada yang berhasil kaya. Ada juga yang masih berjuang. Tidak menyerah. Namun tetap ada yang kalah dengan mengambinghitamkan nasib. Menyalahkan kondisi.

"Banyak masalah keuanganmu disebabkan satu orang, yaitu kamu sendiri. Daripada menyalahkan keadaan, fokus pada apa yang bisa kamu sendiri. Sebab, masalah dan solusinya adalah kamu sendiri."

Kalimat di atas aku dapat dari buku "I Will Teach You To Be Rich" karya Ramit Sethi. Sangat menyentildan makjleb, setidaknya buatku.

Ya, aku pernah di tahap suka membuat alasan. Aku suka berpikir seandainya begini, seandainya begitu. Kata Ramit, kamu yang memegang kendali bukan orang lain!

Solusi 85 Persen ala Ramit Sethi

Ketika searching di laman pencarian solusi 85 persen, hampir semua hasil yang muncul adalah mengatasi baterai ponsel yang mentok di 85 persen. Begitu juga saat mencoba mengetik kata kunci serupa di media sosial. Padahal menurut aku, inillah point atau pelajaran yang aku dapatkan dari buku New York Times Best Seller ini.

Buku ini aku beli tahun lalu, tapi aku mentok di bab pendahuluan. Saat masuk ke bab 1 mengenai kartu kredit rasanya bukan aku banget, karena aku tak memiliki kartu kredit dan ini tak berhubungan denganku. Saham, reksadana indeks, obligasi, dan beragam investasi lainnya, rasanya otakku tak sampai ke sana. Sampai akhirnya pertengahan awal tahun ini aku tergerak membacanya dan merampungkannya dalam sepuluh hari.

Benar, don't judge book by cover (title). Berlaku jangan hanya karena judulnya jadi berhenti membaca. Selalu jadikan diri ibarat gelas kosong saat belajar. Setelah selesai membaca, malah aku menyesal kenapa aku baru mengetahui buku ini setelah menjadi ibu rumah tangga.

Tapi balik lagi seperti halnya investasi, mungkin memang lebih dilakukan sepuluh tahun lalu. Tetapi ada waktu terbaik kedua yaitu sekarang.

Jadi apa itu "Solusi 85 Persen"?

Solusi 85 Persen berfokus untuk mencapai sebagian besar -sampai "cukup bagus"- tanpa terobsesi mencapai 100% lalu kewalahan kemudian akhirnya malah tak berbuat apa-apa.

Begini, sebagian kita ingin sempurna, harus berhasil. Saking memikirkan atau berharap berhasil malah tak berbuat apa-apa karena takut salah, takut gagal.

Dengan prinsip ini, Ramit ingin menekankan bahwa cara paling gampang mengelola uang untuk menjadi kaya tentunya, adalah melangkah sedikit-sedikit. Baginya, lebih baik bertindak dan benar 85 persen daripada tidak berbuat apa-apa. 

Katanya, pikirkan 85 persen jauh lebih baik daripada 0 persen. Mending berbuat kesalahan saat ini dengan sedikit uang, agar bila sudah mempunyai lebih banyak mengetahui apa yang harus dihindari.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak memulai kan?

Menuju Kehidupan Kaya

Di buku ini, aku juga tersadar bahwa kebanyakan informasi juga menjadi salah satu penyebab untuk tidak segera memulai. Kebanyakan informasi malah membuat bingung harus memulai darimana. Itulah pentingnya memilah informasi sesuai yang dibutuhkan. Jangan terkecoh distraksi atau gangguan-gangguan yang membuat tidak fokus.

"Berlimpahnya informasi bisa menyebabkan kelumpuhan dalam memutuskan, atau bahwa kalau ada terlalu banyak informasi, kita tak melakukan apa-apa."

Selain itu, alasan lain sering tidak memulai adalah lebih gampang bermimpi. Ibaratnya lebih gampang bermimpi menang Boston Marathon daripada lari sepuluh menit setiap hari, kadang hal tercanggih yang bisa dilakukan adalah melakukan hal-hal dasar secara konsisten (hal. 18).

Buku ini sepertinya lebih menyasar generasi muda para pekerja kantoran atau yang sudah memiliki gaji tetap sehingga bisa mudah mengelola atau mengalokasikan uang tersebut. Untuk melunasi utang jika ada, bagaimana tetap belanja berkesadaran, berapa yang dianggarkan untuk investasi, atau merencanakan pernikahan, membeli mobil maupun rumah. Jadi cara kaya dengan mengelola gaji.

Namun, buat aku sebagai ibu rumah tangga bukan berarti buku ini tak bermanfaat. Di awal aku mendapat pelajaran "Solusi 85 Persen" yang memiliki filosofi bukan untuk meneliti semua hal untuk memutuskan darimana uangnya datang melainkan bergerak.

Di bab kartu kredit yang sempat membuatku berhenti membaca memberiku banyak insight tentang utang yang seringnya karena orang tidak tahu dan tidak disiplin. Bahwa untuk menghentikan utang jawabannya bukan hanya dengan uang tetapi juga tentang psikologi.

Bagaimana mungkin berinvestasi jika memiliki utang? Ramit menjawabnya dengan bijak, jika kita melewatkan investasi kita akan rugi bertahun-tahun dimana uang bisa bertumbuh. Solusinya, adalah 50/50, misalnya ada uang satu juta maka investasi 500 ribu begitu juga menyicil utang. Nah, untuk yang memiliki utang, di sini Ramit mengajarkan untuk bernegosiasi sehingga bisa meringankan beban utang. Ingat prinsip ibaratkan gelas kosong. 

Di bab kalahkan bank yang tadinya juga aku tidak tertarik, menyadarkan bahwa banyak biaya administrasi yang menggerogoti uang tanpa kita sadari. Saat suami hendak membuka rekening baru agar tidak ada potongan biaya transfer saat bertransaksi, aku pun bisa menyarankan sepadan tidak dengan biaya administrasi bulanannya. Saat transfer berbeda bank, biaya administrasi  dikenakan tambahan 2,500 tetapi administrasi bulanan sekitar 15 ribu belum biaya kartu ATM, dan lainnya.

Pada bagian investasi, tidak harus kaya lebih dahulu untuk berinvestasi. Sebab, kekayaan tidak diukur dari jumlah yang didapat melainkan banyak yang sudah ditabung dan diinvestasikan. Membangun kekayaan besar bisa diwujudkan dengan mengatur belanja, berinvestasi teratur, dan membuka usaha.

Di bagian lain buku ini, Ramit membebaskan kita membeli atau melakukan apa yang kita sukai dengan berkesadaran. Memiliki prioritas dan mengetahui bagaimana kehidupan kaya versi diri sebab kehidupan kaya masing-masing orang berbeda. Ada yang memilih tinggal di apartemen kecil karena lebih suka bertualang dan apartemen bukan prioritasnya. Bisa jadi ada yang lebih suka mengajak orang tua jalan-jalan daripada minum kopi di cafe.

"Belanja berkesadaran adalah tahu yang penting dan tidak penting bukan membabi buta mengeluarkan untuk semuanya."

Point yang menarik lagi buat aku adalah "Ada batas untuk sebanyak apa yang bisa kita pangkas tetapi tidak ada batas untuk berapa yang bisa didapat."

Ya, buku ini memang tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai bagaimana menaikkan pendapatan tapi setidaknya bisa memacu untuk bisa mengelola uang lebih baik dan menjadi kaya.

Di bagian penutup, aku petik kalimat, tidak banyak orang yang tahu mengenai menjadi kaya. Itu bukan suatu hal ajaib. Siapapun bisa menjadi kaya tergantung apa arti kaya bagi Anda. Fokus pada tujuan. Kehidupan kaya bukan hanya soal uang. Awalnya adalah mengelola kehidupan Anda sendiri. Kelanjutannya adalah membantu orang lain menjadi kaya.

Bagaimana menurut pendapat kalian dengan "Solusi 85 Persen" ini?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun