Mohon tunggu...
Haposan Lumbantoruan
Haposan Lumbantoruan Mohon Tunggu... Freelancer - Pessenger

Pemula yang memulai hobi dengan membaca buku dan koleksi buku, menulis, sepakbola dan futsal, musik, touring dan traveling serta suka (doakan) kamu:)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sang Pelopor "Gaya Bermetode" (Methodist), John Wesley Namanya

28 Mei 2024   10:37 Diperbarui: 28 Mei 2024   11:00 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi John Wesley sang Pelopor "Gaya Bermetode" (Methodist). (Sumber gambar: dokpri/Haposan Lumbantoruan)

John Wesley

Mengutip dari eduNitas Being Successful is Easy, John Wesley adalah seorang pendeta Anglikan di Inggris. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga besar.

Ia lahir di Epworth, Lincolnshire, Inggris pada tanggal 28 Juni 1703 dan meninggal 2 Maret 1791.

John Wesley adalah anak ke-14 di dalam keluarganya. Istrinya bernama Mary Vazeille.

Nama ayahnya Samuel Wesley dan ibunya Susanna Wesley. Dia memiliki 2 saudara laki-laki dan 1 saudari perempuan.

Ayahnya adalah seorang pendeta miskin, namun Wesley menempuh pendidikan di Charterhouse School dan Christ Church, Oxford.

Pada tahun 1726 ia terpilih sebagai salah seorang fellow di Lincoln College, Oxford, serta ditahbiskan sebagai seorang pendeta dua tahun kemudian.

Selama itu, ia berusaha menemukan kepuasan imannya dengan jalan melakukan semua perintah agama serta aturan Gereja secara ketat.

Panggilannya

Pada suatu persekutuan doa di Aldersgate di Inggris pada tanggal 24 Mei 1738, John Wesley merasakan ada sesuatu di dalam hatinya yang membakar dirinya.

Saat itu ia merasa diingatkan oleh kata-kata Rasul Paulus di dalam Surat Roma bahwa ia tidak mungkin menemukan kesempurnaan imannya dan keteduhan kehidupannya selain melalui iman kepada kasih Allah.

Sejak itu John Wesley mengajarkan pengalamannya yang baru ini dan banyak orang yang sebelumnya tidak ke gereja mulai tertarik akan ajarannya.

Banyak orang yang meminta Wesley untuk mengajar dan mengarahkan kehidupan dan iman mereka.

Wesley mengumpulkan orang-orang ini dalam "persekutuan-persekutuan untuk berdoa bersama, mendengarkan firman, dan saling mengawasi di dalam kasih, agar mereka dapat mengerjakan keselamatan mereka masing-masing."

Persekutuan yang dinamai Holy Club ini dipimpin oleh John Wesley bersama saudaranya, Charles.

Mereka menetapkan jadwal doa harian, jam-jam untuk mengunjungi orang-orang sakit dan para tahanan di penjara, membuka sekolah-sekolah untuk orang-orang miskin, dan menjalankan jam-jam doa Gereja.

Tiga kali sehari mereka berdoa dengan suara keras dan setiap jam mereka menghentikan pekerjaan mereka untuk berdoa di dalam hati.

Aturan-aturan ini menyebabkan mereka diejek oleh teman-teman mereka sebagai orang-orang yang "bermetode" atau "Methodist".

Gerakan ini segera menyebar ke Irlandia dan belakangan ke Amerika. Namun demikian, Uskup London tidak mau menahbiskan para pendeta yang akan melayani dalam perhimpunan-perhimpunan Methodist.

Ia pun tidak mau menahbiskan tempat-tempat pertemuan mereka. Melihat keadaan ini, Wesley menyadari bahwa kalau ia ingin mengembangkan pelayanannya, ia harus melanggar aturan-aturan Gerejanya sendiri, seperti menahbiskan para pendeta dan tempat-tempat perhimpunannya.

Selain itu, Wesley juga diperhadapkan dengan pengikut-pengikutnya di Amerika, yang tidak lagi dilayani oleh pendeta-pendeta Anglikan yang telah kembali ke Inggris karena pecahnya Perang Kemerdekaan Amerika.

Untuk mengatasi masalah itu, Wesley kembali menghubungi Uskup London untuk menahbiskan pendeta-pendeta di Amerika.

Namun sekali lagi permintaan Wesley ditolak, sehingga akhirnya Wesley sendiri memutuskan untuk menahbiskan dua orang untuk memimpin jemaat di Amerika.

Di bawah kepemimpinan mereka, Gereja Episkopal Methodist di Amerika dibentuk di Baltimore, Maryland pada tanggal 24 Desember 1784.

Pada saat ini, Gereja Methodist di Amerika dapat ditemukan dalam berbagai kelompok seperti United Methodist Church, African Methodist Episcopal, dll.

Visi dan Misi Pelayanan John Wesley

Secara teologis, Gereja Methodist mengikuti garis teologi yang dikembangkan oleh John Wesley yang mengikuti pandangan Arminian (Jacobus Arminius) dalam hal Urutan Proses Keselamatan (Ordo Salutis).

Oleh pihak Calvinis, Arminian sering secara sengaja ataupun tidak sengaja dituduh sebagai pengikut Pelagius yang ditentang habis-habisan oleh Augustinus dari Hippo.

Pelagius mengatakan bahwa manusia memiliki kehendak bebas, artinya manusia mampu menentukan sendiri keputusan-keputusan yang diambilnya, sementara Augustinus mengatakan bahwa manusia tidak mampu mengambil keputusannya sendiri, melainkan hanya berdasarkan karunia Allah semata.

Pelagius juga berpendapat bahwa setelah jatuh dalam dosa, manusia masih cenderung baik dan bisa menyelamatkan diri dengan perbuatan baik.

Arminius (dan Wesley) berbeda dengan Pelagius karena mereka berpendapat bahwa setelah Kejatuhan (dalam dosa), manusia cenderung berdosa dan hanya bisa diselamatkan karena kasih karunia Allah semata.

Bedanya Arminian dan Calvinis adalah tentang kebebasan manusia dalam menerima karunia keselamatan.

Calvinis percaya bahwa manusia tidak punya kehendak bebas dalam hal ini, jadi kalau Tuhan mau menyelamatkan seseorang, orang itu tidak bisa menolak.

Arminian percaya bahwa Tuhan mau menyelamatkan semua orang dan memberi kebebasan untuk menerima atau menolak keselamatan kepada manusia.

Karya Pelayanan John Wesley

Wesley tidak bermaksud mendirikan gereja baru, melainkan sekadar menata kelompok-kelompoknya di dalam Gereja Inggris.

Para pengkhotbahnya tidak ditahbiskan, dan anggota-anggotanya diharapkan berpartisipasi dalam sakramen-sakramen Gereja Anglikan (baptisan, perjamuan kudus, pernikahan, pengakuan dosa, perminyakan, dll).

Tanpa disadari, Gereja Methodist banyak sekali memengaruhi gereja-gereja Kristen lainnya, baik di dalam teologinya, maupun melalui liturgi mereka, khususnya melalui nyanyian-nyanyian yang disusun oleh kedua Wesley bersaudara - John Wesley dan Charles Wesley.

Kedua bersaudara Wesley ini, khususnya Charles, menghasilkan sekitar 9.000 buah nyanyian rohani.

Pengaruh teologi dari nyanyian-nyanyian ini sangat terasa di dalam teologi gereja-gereja, khususnya dalam penekanan hubungan yang akrab antara manusia dengan Allah atau jaminan keselamatan yang dijanjikan Tuhan kepada manusia, menjadi ciri-ciri teologi yang sangat khas Methodist.

Kiranya artikel sederhana menginspirasi pembacanya. Soli Deo Gloria!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun